PARA kandidat yang telah masuk dalam radar atau pantauan beberapa lembaga survei di tanah, tidak hanya melibatkan kaum politisi dari kalangan sipil semata, melainkan ada juga dari kalangan mantan jendral TNI AD. Sudah barang tentu mantan jendral dimaksud adalah, Prabowo Subianto dan Gatot Nurmantyo.
Namun, belakangan muncul satu jendral lagi yang masih aktif. Dia adalah Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Andika Prakasa.
Dari ketiga jendral TNI AD ini, mungkin hanya Prabowo Subianto yang memiliki peluang paling besar untuk maju Pilpres 2024 mendatang.
Selain sebagai salah satu ketua umum (Ketum) Partai besar di tanah air, Gerindra. Mantan Danjend Kopasus ini juga masih menjadi salah satu sosok yang memiliki elektabilitas tinggi. Bahkan, di enam lembaga survei, Prabowo nangkring di peringkat paling atas.
Lalu, bagaimana peluang Gatot dan Andika, yang beberapa waktu belakangan kabarnya tengah dilirik oleh partai politik (Parpol)?
Dalam pandangan penulis, hal yang wajar-wajar saja jika kedua jendral ini masuk radar. Hanya saja untuk memastikan maju atau tidaknya pada kontestasi Pilpres 2024, tidak cukup hanya dengan mengandalkan kesiapan semata.
Sesuai dengan regulasi atau Undang-Undang Pemilu, salah satu syarat bisa majunya pada pencalonan adalah diusung oleh parpol. Artinya, harus ada parpol yang mengusung Gatot dan Andika, jika ingin meramaikan kontestasi Pilpres.
Pertanyaan besarnya adalah, ada tidak parpol yang berani mengusung keduanya?
Untuk mendapatkan partai pengusung, menurut hemat penulis adalah tergantung dari tingkat popularitas dan elektabilitas keduanya. Pasalnya, kedua faktor inilah sebagai syarat utama bagi siapapun mendapat dukungan parpol. Istilah kata, seleksi alam bagi capres atau cawapres itu ada pada tingkat popularitas dan elektabilitas.
Artinya, jika memang tingkat popularitas dan elektabilitas kedua jendral ini tinggi, sangat memungkinkan parpol-parpol yang ada di tanah air, terutama yang tidak memiliki kader mumpuni, akan melirik dan kemudian bukan tidak mungkin akan langsung mengusungnya.
Akan tetapi, jika kedua syarat tersebut di atas jeblok, maka jangan harap ada parpol yang mau mendekati. Yang ada, malah para parpol itu akan lari dan menutup pintu rapat-rapat, sekalipun kedua jendral ini memohon atau mendaftarkan diri.