Lihat ke Halaman Asli

Opera Sabun Penangkapan Djoko Tjandra dan Tabir Gelap Harun Masiku

Diperbarui: 1 Agustus 2020   12:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Antaranews

SAAT mendengar opera sabun, apa yang ada dalam benak anda? Tentunya, bukan tentang opera yang banyak menggunakan sabun, bukan? Yah, jelas bukan.

Opera sabun adalah suatu drama atau serial yang ditayangkan dalam sebuah radio atau televisi yang memiliki alur cerita sangat panjang. Cerita ini bisa menghabiskan ribuan episode dalam penayangannya, sehingga membuat para penontonnya kadang jadi bosan dan cenderung monoton.

Padahal, jika mau tayangan drama tersebut bisa lebih dipersingkat. Dasar, karena merasa ratingnya masih bagus, maka pihak produser terus memperpanjang. Hasil ceritanya? Ya itu tadi jadi tidak karuan. Atau, simpelnya cerita tersebut terlalu diada-ada.

Nah, saya koq melihatnya, keberhasilan pihak kepolisian Indonesia menangkap atau menggelandang Djoko Tjandra, seorang buronan kelas kakap atas tuduhan kasus korupsi hak tagih (cessie) Bank Bali, tak lebih dari cerita opera sabun.

Sebagaimana diketahui, Djoko Tjandra adalah buronan yang telah 11 tahun menghilang, akhirnya berhasil diamankan Bareskrim Polri pada 30 Juli 2020 lalu. Buronan Kejaksaan Agung tersebut ditangkap di negara tetangga, Malaysia.

Pertanyaannya, kenapa harus menunggu 11 tahun, padahal ternyata pihak kepolisian Indonesia begitu sigap menangkap Djoko, dengan waktu tak lebih dari satu bulan sejak membikin heboh tanah air.

Yah, seperti diketahui, kurang lebih sebulan lalu, Djoko Tjandra muncul di tanah air. Si buronan ini begitu licin, licik dan sekaligus mampu mengelabui aparat negara. Akibatnya, tiga jendral polisi pun jadi korbannya.

Maaf, kalau tidak sedikit yang curiga, bahwa sebenarnya Djoko Tjandra memang bukan baru sekali ini saja datang ke tanah air, melainkan sudah tak terhitung banyaknya. Hanya saja, boleh jadi selama ini banyak pihak yang berhasil di ajak "kerjasama sesat" hanya karena segepok duit. Itu kenapa, keberadaan Djoko Tjandra dalam 11 tahun ini seolah sulit terdeteksi keberadaannya.

Kecurigaan lain adalah, boleh jadi buronnya Djoko Tjandra melibatkan banyak kepentingan lain, baik itu perorangan atau bahkan institusi-institusi terkait yang tidak menginginkan pria kelahiran 1951 ini tertangkap. Pasalnya, jika tertangkap, khawatir ada banyak pihak yang ikut terseret dalan pusaran korup hak tagih dimaksud. Wallahu allam bishawab.

Ada yang bilang, bahwa tidak pernah ada kejahatan yang sempurna. Hal ini pun nyatanya berlaku bagi Djoko Tjandra. Pertualangannya selama ini akhirnya harus ketahuan pula.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline