SIAPA yang tidak mengenal dengan salah satu Srikandi bulutangkis terbaik Indonesia yang saat ini namanya begitu melegenda. Dia adalah Lucia Fransisca Susi Susanti atau lebih akrab ditelinga kita dengan sapaan Susi Susanti.
Tak diragukan lagi, karir wanita kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat 11 Februari 1971 memang sangat luar biasa. Saking hebatnya susi dalam olahraga tepok bulu. Sudah lebih dari dua dekade ini, belum ada satupun atlit bukutangkis wanita tanah air yang mampu melebihi prestasinya.
Jangankan melampaui, sekadar mengimbanginya pun rasanya masih jauh panggang dari api.
Sebenarnya, Indonesia sempat tumbuh harapan. Ada sosok atlet yang digadang-gadang bakal mampu meneruskan prestasi mendunia Susi Susantai pasca dirinya gantung raket. Dia adalah Mia Audina
Sayang, belum sempat memberikan banyak hal-hal luar biasa bagi bangsa dan negara, Mia malah berganti kewarganegaraan. Saat ini, wanita kelahiran 9179 ini menjadi Warga Negara Belanda. Sejak itu, hampir tidak ada lagi tunggal putri Indonesia yang mampu berprestasi di kancah dunia internasional.
Kembali ke laptop
Menjelmanya Susi Susanti menjadi atlet bulutangkis tunggal putri yang paling ditakuti lawan-lawannya tentu bukan datang dari langit begitu saja. Ada proses luar biasa yang harus dilakoni oleh putra pasangan Risad Haditono dan Purwo Benowati tersebut.
Dalam sebuah film yang menceritakan perjalanan kisah Susi Susanti dari kecil hingga muncul sebagai pebulutangkis tingkat dunia dengan judul "Love All", dia memang sudah dipersiapkan jadi sang juara sejak masih kecil.
Susi Susanti memang terlahir dari keluarga yang sangat mencintai bulutangkis. Sangat beralasan jika kedua orang tuanya sangat mendukung dan bahkan mengarahkan Susi untuk berlatih dengan serius. Dan pada usia sekitar 7 tahun, Susi sudah mulai bergabung dengan salah satu klub di kota kelahirannya untuk lebih mengasah kemampuannya.
Dari situlah bakat luar biasanya makin terasah. Susi Susanti kerap kali berhasil menjuarai kejuaaraan tingkat junior di daerahnya, Tasikmalaya.
Kerap menjadi juara dan merasa harus lebih mengembangkan serta mengasah bakat luar biasanya, pengagum maestro bulutangkis tanah air, Rudy Hartono ini pindah ke Jakarta dan bergabung dengan salah satu klub terkemuka ibu kota, Jaya Raya. Kala itu, Susi Susanti masih duduk di bangku kelas 2 SMP.