Lihat ke Halaman Asli

Pengemis Itu Bernama "Sukoyo"

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

setiap masuk kota keciil kelahiranku, sejak dulu aku selalu melihat seseorrang yang selalu ada di troroar dekat lampu merah satu-satunya di kota kecamatanku. dari dulu tampanganya kliatan masih sama seperti yang dulu, meski sekarang aq sudah jauh lebih dewasa (dalam hal umur). dengan baju kumal, penutup kepala yang hampir menutupi semua wajahnya dan tidak ketinggalan sarung coklat gelap yang selalu menutupi seluruh kakinya saat bersila di trotoar lampu merah.

sejak pagi hari sampai sore hari, dia selalu duduk di trotoar tempat biasa mangkal. bukan untuk menjual dagangan atau mencari penumpang, tp maaf, dia hanya menengadahkan tangan mengharapkan belas kasihan. iya, dia memang seorang pengemis jalanan. saat siang hari, tak segan-segan dia membuka nasi bungkus di tempatnya dia mangkal, bahkan sambil memegang nasi bungkusnya dia menyempatkan diri menengadahkan tangan kanannya saat lampu merah menyala. sesekali para darmawan melemparkan koin tanda iba, bahkan tak jarang uang kertas seperti apa yang ada dalam doanya.

Suatu sore yang mendung, saat adzan magrib sebentar lagi dikumandangkan aku sempatkan mampir di masjid tepi jalan. tidak terlalu besar tapi tetap klihatan megah sisa bangunan jaman dulu yang masih dipertahankan. tak berselang lama adzan magribpun berkumandang dengan lantang, tanda panggilan bagi umat muslim untuk sejenak melupakan kehidupan duniawinya dan mengingat sang khalik yang maha pencipta.

setelah shalat jama'ah usai, aku sempatkan menengadahkan kedua tangan sambil merasakan masih adakah sisa-sisa hujan barusan. alhamdulillah, hujan benar-benar sudah reda dan perlahan langit jinggapun menampakkan dirinya, ciri khas senja. Ahhaiii...aku sedikit kaget aral kepalang saat melihat seseorang yang ada di sampingku, sambil membungkuk dia mengambil sandal slop warna hitam dan sempat aku baca merk sandal itu cukup terkenal di negri ini.

Aku berpikir keras siapa gerangan orang tadi, aku merasa pernah melihatnya tapi sayang aku lupa dimana tempatnya. Subhanallah, aku baru sadar, ya dia adalah seorang pengemis tepi jalan yang biasanya mangkal di sekitar lampu merah. aku sempatkan bertanya pada seseorang yang masih ada di emperan masjid. pengemis itu bernama "sukoyo",dia adalah warga sekitar masjid tua yang masih tampak megah itu. setiap hari pekerjaanya dari dulu adalah meminta-minta. sesungguhnya itu adalah profesiwarisan dari sang bapak pengemis tadi. kaki yang selalu bersila dan tertutup kain sarung ternyata adalah kaki-kaki yang kokoh tanpa cacat. Rumah si pengemis tadi cuma berjarak 3 rumah dari masjid, jika di lihat rumahnya sungguh jauh dari kesan rumah pengemis jalanan. rumah lumayan mentereng, keramik putih dan halaman rumah yang tampak luas.

mungkin memang benar tujuan bapak dari si pengemis itu memberikan nama "Sukoyo" yang mungkin harapanya "supaya bisa kaya" tapi sayang sang bapak lupa karena pakerjaan mengemisnya jg masih diwariskan kepada "sukoyo" yang  sebenarnya sudah kaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline