Lihat ke Halaman Asli

"Full Day School", Berkah atau Musibah?

Diperbarui: 12 Agustus 2016   04:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: www.readingsuccessacademy.com

Menteri-menteri hasil pilihan Presiden Jokowi tidak bisa dianggap sepeleh. Menteri Kelatuan dan Perikanan, Susi Pujiastuti yang dilantik pada 27 Oktober 2014, setidaknya telah menenggelamkan 151 kapal penangkap ikan ilegal (dari menjabat hingga Februari 2016) -lihat Sejak 2014, 151 kapal telah ditenggelamkan. Bahkan seperti yang dirilis dari tempo.com dalam 2 bulan terakhir Menteri Susi telah menangkap 40 kapal asing dan menenggelamkan 30 kapal.

Tidak hanya Susi, pendatang baru Risal Ramli yang masuk pada Reshuffle jilid 1 (meskipun tenggelam pasa jilid 2) pun tidak bisa dianggap sepeleh. Jurus Rajawali Kepret yang selalu diganyangkan kepada birokrat-birokrat maupun elit lainnya, membuat ia tidak bisa dianggap sepeleh begitu saja.

Rabu (27/7) lalu Presiden Jokowi melakukan perubahan kabinet jilid 2. Nampaknya perubahan tersebut berpengaruh pula pada wajah baru yang menduduki kursi panas seorang Menteri. Ya, Muhadjir Effendy adalah salah satu wajah baru yang menduduki singgasana tersebut. Jabatan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan diembankan padanya, dengan tujuan memperbaiki sistem pendidikan yang semakin merosot (ruwet). Pengalaman sebagai Rektor di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), menambah semakin baiknya cuaca di Kementrian Pendidikan. 

Benar saja, belum sebulan bekerja Muhadjir Effendy telah melakukan perombakan besar di dunia pendidikan. "Full Day School" adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh Effendy dalam menjawab kelemahan pendidikan di Indonesia. Baru saja kebijakan tersebut diumumkan telah ada orang tua murid yang menentang kebijakan tersebut. Salah satunya adalah keluarnya petisi penolakan kebijakan Full Day School  pada situs change.org, dan telah ditandatangani 39.060 orang. 

Menanggapi akan hal itu, Effendy lewat pernyataan tertulisnya sebagaimana yang dirilis oleh kompas.com mengatakan bahwa  Full Day School bukan berarti siswa akan belajar selama sehari penuh di sekolah, program ini memastikan siswa dapat mengikuti penanaman pendidikan karakter, misalnya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. 

"usai belajar setengah hari, hendaknya para peserta didik (siswa) tidak langsung pulang ke rumah, tetapi dapat mengikuti kegiatan eksttrakulikuler yang menyenangkan yang membentuk karakter, kepribadian, serta mengembangkan potensi mereka", kata Muhadjir. 

Celakanya, bila program tersebut ingin membenuk karakter anak didik mengapa mayoritas orang tua siswa tidak menolak akan kebijakan tersebut?

Membedah Full Day School

Full Day School berasal dari bahasa Inggris yang artinya sekolah sehari penuh. Fenomena Full Day School sebenarnya telah muncul pada tahun 1980-an, di Amerika Serikat. Konsep yang ditawarkan pada waktu itu pun hampir sama seperti yang diwacanakan oleh Effendy, yakni penambahan kegiatan ekstrakulikuler untuk membentuk karakter anak. Adanya penambahan kegiatan tersebut, awalnya bermula dari riset yang dilakukan oleh salah satu lembaga pemerhati anak di Amerika, seperti yang dilansir dari republika.co.id. Dalam riset tersebut ditemukan bahwa kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak pada masa itu selalu berada pada pukul 13.00 hingga 17.00, atau waktu mereka tidak bersekolah. Sehingga akhirnya didoronglah kegiatan Full Day School (FDS).

Meskipun begitu, ini bukan menjadi core dari permasalahan di atas. Bila ditelisik lebih mendalam lagi, peran sekolah dalam melindungi siswa adalah pada saat siswa sedang berada di sekolah atau melakukan proses belajar mengajar. Lebih dari itu maka peran keluarga terkhususnya orang tua yang harus dikedepankan. Lebih jauh lagi, Amerika pada masa itu -bahkan saat ini- merupakan negara tersibuk di dunia, sehingga kontrol orang tua kepada anak semakin jarang karena harus bekerja hingga matahari "meninggalkan" bumi (fajar). Bahkan New York (Amerika Serikat) menempati posisi pertama untuk kategori kota tersibuk di dunia, sebagaimana yang dirilis oleh tahupedia.com

Oleh Karenya, program Full Day School pada akhirnya menjadi ajang penitipan anak bagi orang-orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya (lihat Sekolah Bukan Tempat Penitipan Anak). 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline