Lihat ke Halaman Asli

Muhamad Samiaji

Berkeliling mencari pengetahuan baru

Main, Ayo Kita Berkeringat!

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

By ; ahun

Kini usia saya menginjak 25 tahun, ketika saya berumur 10 tahun, saya selalu dimarahi ibu ketika kembali ke rumah dalam keadaan kotor, lusuh, pulang terlalu sore dan terkadang menangis. Masa kanak-kanak saya dipernuhi dengan permainan yang menyenangkan, kejahilan, dan keisengan. Masa bermain adalah yang paling menyenangkan, saya dan teman sebaya tidak jarang berkeringat hebat karena berlarian dan sedikit berkelahi akibat kalah taktik. Pastinya anda merasakannya bukan? Permainan seperti petak umpat, gerobak sodor, toprak gunung (sondak), benteng (bebentengan), laying-layang, kelereng, dll. Nama permainan tersebut dimasing-masing daerah berbeda nama yang pasti permainan tersebut menyenangkan.

Tetapi ada pengecualian dalam bermain yakni memilih teman, di keluarga saya. Saya tidak boleh bermain dengan anak-anak dari daerah tertentu karena nakal. Si nakal, juga sering kali berkata kasar seperti; alat kelamin laki-laki dan perempuan, binatang, persetubuhan, dsbg. Ketika membawa kosakata baru tersebut kedalam rumah maka tidak jarang saya dihukum, dicubit dan dimarahi habis-habisan oleh kedua orang tua. Mereka (si nakal) juga sering curang dalam permainan apapun. Meskipun alasan yang diberikan orang tua dahulu begitu simple dan tidak beralasan namun sampai dewasa ini saya baru menyadari bahwa pemgambaran si nakal oleh orang tua saya membentuk pengetahuan tentang sosok si nakal. Pengetahuan tersebut sampai sekarang saya gunakan untuk mendefinisikan orang-orang disekitar saya.

Perhatian yang diberikan oleh orang tua melalui larangan dan cara penyelesaian masalah walaupun dalam permainan. Membuktikan bahwa orang tua memiliki waktu luang berlebih dan dicurahkan lewat kasih sayang. Bukan melulu tentang uang, atau barang, bahkan celotehan ibu terasa menyenangkan.

Aktivitas bermain yang dahulu pernah saya lakukan hampir semua berkeringat. Namun lihat anak-anak  dimasa kini, mereka asik dengan game console baik di warnet, di rumah bahkan via tablet atau handphone. Duduk berjam-jam, memainkan mouse, dan menekan beberapa tombol. Beberapa dari mereka bahkan berani menyulut rokok di warnet atau tempat game, mulai berkata kasar, membuka situs dewasa, dsbg.

Saya tidak berani menyalahkan orang tua karena sebagian perilaku buruk anak sekarang. Penyebab utama kurangnya control mungkin karena lebih mudah memberikan uang kepada anak ketimbang mengeluarkan perhatian yang berlebih. Menitipkan perkembangan anak di tempat game console atau membelikan video console tidaklah baik. Hal tersebut menyebabkan keterbatasan komunikasi dengan teman sebaya, kelurga maupun keluarga besar, pendewasaan dini, dan sifat tertutup kepada orang tua. Contohnya saja kemenakan kecil saya yang berusia 5 tahun, dia asik memainkan tablet dari pada menggubris rayuan dari nenek-neneknya. Terlalu asik bahkan obrolan kami (saya dan kemenakan) hanya seputar pemecahan masalah level tersulit.

Sisi baiknya kehadiran game console ini memberikan anak-anak jaman sekarang kemudahan dalam menyenangkan diri, dan menenangkan diri. Sebagian dari anak-anak sekarang bahkan memiliki teman beda Negara dan belajar bahasa mereka. Mungkin sisi abu-abu dari game console adalah mempermudah orang tua dalam pengawasan anak.

Kehadiran game ataupun permainan tradisional sejatinya memiliki kesamaan yakni taktik yang mengandalkan skill individu, membawa kesenangan, membuat candu, dsbg. Namun perbedaan ke dua permainan tersebut jelas berbeda antara dunia maya dan nyata. Bagi saya, permaianan-permainan tradisional yang melatih otot, membuat berkeringat, beradu taktik (dalam tim)dll. Lebih bermanfaat dari pada duduk dan melihat monitor. Bagaimana dengan anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline