Lihat ke Halaman Asli

Syamsuar Gadeng

Writer freelance

Nyanyian Cinta Langit Biru

Diperbarui: 28 Februari 2020   04:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kita lantun nyanyian eros diperaduan senja.

Sementara Lenin mencukur geram kumisnya dibatas sunyi.

Kita merajut cinta, mandi sorot matamu alisnya memantau.
Dan Galileo pun ingin reinkarnasi pada cumbuan kita disepoi angin. Sepoi antariksa dan biduknya.

Tarian gelombang yang tak sudah terbaca ini.. bertanya padaku : masih seberapa banyak lagi cinta mendatangi ??
Memaksaku mengusap buih berkejaran dibantu camar kedamaian, dari hikmah2 barathayuda.

Tangismu,,genderang kesadaranku
Bertabuh  mengais peradaban ditepi realita yang seringkali menyakitimu.

Aku biru laut.
Bukan zombie masa lalu yang melumat gurat bibir buah tin sambil menyembur bisa direlung hatimu.

Aku pantai pasir, bersama pohon kelapa tempat damaimu berlabuh.

Ditepi laut ini rumi menari-nari, mengitari rindu berkepanjangan kita.
Debur ombak menggema sampai hitler terbakar bulu kemaluan, walau rahasia ini terjaga dilaut terdalam.

Kamu punya cara untuk memberi cinta & setia. Hingga selalu saja waktu terjebak pada kidung Now, O Now John Dowland. Pada hayalan menua kita.

Dan sekarang kita bersama beriring.
Melantunkan nyanyian agape ditengah peraduan LANGIT BIRU.

#Gombalmalamjum'at




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline