Jakarta, 9 Oktober 2024 -- PT Brantas Abipraya (Persero) mencatat pertumbuhan Aset hingga 16,38% menjadi Rp 9,28 triliun pada akhir 2023, dibandingkan tahun lalu, yaitu Rp 7,97 triliun. Kenaikan Aset tersebut terutama disebabkan oleh adanya kenaikan jumlah Aset Lancar dari Rp4,96 triliun di tahun 2022 menjadi Rp5,15 triliun di tahun 2023.
"Kenaikan aset utamanya bersumber dari Laba Bersih dan Cash Flow. Sejauh ini Brantas Abipraya sudah mampu membangun cash flow yang cukup kuat guna mendanai proyek-proyek yang akan datang. Cash flow positif ini juga mencerminkan bahwa bisnis Perseroan berjalan dengan baik," ujar Dian Sovana, Sekretaris Perusahaan Brantas Abipraya.
Ditambahkan Dian, awal mula berdiri di tahun 1980, Brantas Abipraya hanya memiliki total aset sebesar Rp 800 miliar saja. Total aset yang dimiliki pun terus meningkat, dan sepanjang tahun 2023 Brantas Abipraya mampu mempersembahkan kinerja yang positif baik dari sisi keuangan, maupun operasional. Secara historis aset Brantas Abipraya pada tahun 2019 tercatat Rp 6,30 triliun, kemudian terus bertumbuh menjadi Rp 6,65 triliun pada tahun 2020. BUMN Konstruksi ini pun berkomitmen akan terus senantiasa mengoptimalisasikan aset untuk mendorong kinerja positif yang berkelanjutan.
Sebagai informasi, di tahun 2024 ini Brantas Abipraya mendapatkan Penyertaan Modal Negara (PMN) non tunai berupa Barang Milik Negara (BMN) yaitu tanah dan bangunan, Gedung Sapta Taruna yang berada di sebelah kantor pusat Brantas Abipraya. Diterimanya PMN Non Tunai ini merupakan strategi bisnis Perusahaan dalam optimalisasi operasional Brantas Abipraya.
"Ini merupakan milestone Brantas Abipraya, dan tentunya dengan adanya PMN non-tunai tersebut dapat menjadi semangat baru Brantas Abipraya dalam mencapai dan meraih pertumbuhan Perusahaan yang lebih baik lagi," kata Dian Sovana, Sekretaris Perusahaan Brantas Abipraya.
Dian juga menyampaikan, Brantas Abipraya sangat agresif berekspansi melebarkan kinerja positifnya dalam proyek-proyek besar di Indonesia. Bukannya tanpa alasan, BUMN ini pun kerap aktif dalam pembangunan Proyek-proyak Strategis Nasional (PSN) dan menyelesaikan beberapa pekerjaan yang dilaksanakan melalui skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU), diantaranya Preservasi Jalan Lintas Timur (Jalintim) Sumatera di Provinsi Sumatera Selatan. Pekerjaan Jalintim ini adalah proyek KPBU pertama di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan proyek KPBU pertama di Jalan Non Tol berbasis kinerja, dengan total investasi Rp982,4 miliar, Brantas Abipraya memiliki porsi investasi sebesar 40 persen.
Sebagai agen pembangunan, Brantas Abipraya juga menunjukkan peran aktifnya dalam pembangunan proyek penting di Kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN). Diantaranya Penataan Sumbu Kebangsaan dengan konsep Future Smart Forest City of Indonesia, Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST), Bendungan Sepaku Semoi, embung, jaringan perpipaan transmisi air minum SPAM, infrastruktur jalan, dan Bandar Udara VVIP.
Membuktikan kehadirannya untuk Indonesia, Brantas Abipraya menunjukkan lewat proyek penanganan bencana alam, diantaranya adalah proyek-proyek rehabilitasi infrastruktur pasca meletusnya Gunung Semeru di Jawa Timur (2021), salah satunya adalah pembangunan sebanyak 1.951 Hunian Tetap (Huntap) untuk warga korban bencana. Peranannya pun untuk Indonesia juga terlihat pada penyelesaian progam rehabilitasi pada 17 gedung akibat bencana gempa bumi di Sulawesi Barat yang terjadi di tahun 2021. Selain itu, BUMN ini juga membangun total 541 huntap bagi warga penyintas korban gempa bumi di Cianjur (2022).
Tidak hanya mantap di bidang konstruksi, Brantas Abipraya lewat Anak Perusahaannya yaitu PT Brantas Energi (BREN), BUMN ini serius jadi pemain utama di sektor energi, khususnya renewable energy. BREN bergerak di bidang Pengembangan Energi Baru danTerbarukan (EBT) ini membuktikan keseriusannya dalam pengembangan EBT. Keseriusannya dalam mengembangkan EBT inipun terlihat dari kiprahnya yang telah melahirkan Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).