Lihat ke Halaman Asli

sam ilup

Pemerhati Lingkungan

Tidak "Mubazir" Makanan sebagai Mitigasi Bencana Sampah di Perkotaan

Diperbarui: 29 November 2023   14:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ditutupnya TPA dibeberapa kota di Indonesia menjadi alarm bagi kita semua bahwa masalah sampah menjadi sangat urgen untuk segera diatasi, beberapa bahkan mungkin setiap kota telah membuat perda secara khusus mengenai persampahan. Namun tetap saja sampah dengan katagori sampah rumah tangga dan sejenis rumah tangga tidak kunjung terselesaikan dengan baik.

Hal ini karena beberapa sebab, diantaranya adalah  perilaku manusia yang acuh terhadap makanan, makanan hanya digunakan untuk pemenuhan kebutuhan energinya saja, jika kita memahami bahwa pemenuhan kebutuhan energi merupakan sebuah bentuk "produksi" maka di sana kita akan tahu bahwa setiap produk akan menghasilkan by product, by product dari produksi energi manusia dalam hal ini  adalah sampah makanan.

Sampah makanan ini termasuk dalam dalam sampah organik, dimana sampah organik dalam prosentase sampah rumah tangga merupakan sampah tertinggi yaitu dikisaran 70%, pengelolaan sampah organik di perkotaan kurang begitu maksimal, meski sudah adah TPS3R,TPST, dan PDU, namun buangan ke TPA tetap saja tinggi.

Secara ideal, sampah yang masuk ke TPA harusnya jenis sampah residu, yaitu sampah yang sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi atau di daur ulang, sehingga usia TPA semakin panjang dan kasus penututpan TPA tidak terjadi. namun secara realita bahwa sampah yang masuk ke TPA hampir 95% adalah sampah rumah tangga dan sejenis rumah tangga.

Salah satu upaya memperpanjang usia TPA adalah pengomposan sampah organik dari rumah, pengomposan  ini dilakukan oleh setiap rumah tangga,dengan menempatkan komposer di dapur, komposer sendiri merupakan alat pengompos yang bisa dibuat secara sederhana, yaitu dengan menumpuk 2 kaleng cat ukuran 25 liter, kaleng yang atas di lubangi bagian bawahnya secara merata sehingga membentuk saringan, sedangkan kaleng cat yang bawah diberi kran, sehingga lindi atau air sampah bisa dimanfaatkan men jadi POC.

Upaya pengomposan dari rumah ini, selaras dengan anjuran agama, bahwa "Mubazir" atau mensia-siakan sesuatu adalah perbuatan syetan. Maka dalam hal ini, ketika kita memanfaatkan sampah organik rumah tangga menjadi pupuk kompos maka kita terhindar dari perbuatan syetan / Mubazir, dengan begitu maka ada beberapa keuntungan yang kita peroleh:

  • 1. Mendapat Pahala karena telah melaksanakan perintah Tuhan.
  • 2. Memperoleh pupuk kompos gratis untuk tanaman di pekarangan rumah
  • 3. Mengurangi timbulan sampah di TPS.
  • 4. Memperpanjang usia TPA

 Pemahaman akan pemanfaatan sampah dari sumbernya yaitu setiap rumah tangga perlu dilakukan secara masif kesetiap warga, sehingga bencana sampah di perkotaan bisa teratasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline