Lihat ke Halaman Asli

Belajar dari Padi agar Rendah Diri

Diperbarui: 18 Desember 2021   14:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Padi/dokpri

Bulan Desember 2021 merupakan awal yang baik bagi para petani di Kampung Brebes Jawa Tengah untuk mengolah kembali sawahnya.

Desember juga dikenal sebagai bulan penuh hujan dan kenangan selama dalam satu tahun dituangkan pada bulan ini. Kisah kasih asmara contohnya yang sering di tampakan oleh para milleninal dibulan ini.

Musim kemarau tahun 2021 sudah terlewati dengan aman. Apa sebabnya? Karena seharusnya terjadi kemarau panjang pada bulan Juli, Agustus dan September yang lalu, namun masih diberikan hujan ditiap minggunya. Alhamdulillah..

Pada tahun saja terjadi musim kemarau panjang, hingga semua yang namanya tanaman disawah, dikampung Penulis Brebes Jawa Tengah, kering kerontang tak berbekas adanya tanaman semua mati karena kemarau panjang.

Pada tahun lalu tanah sawah pada menanga, mangap secara lebar dan gersang, pertanda tiada air hujan. Hingga membahayakan para petani sendiri saat di injek tanahnya terasa sakit ditelapak kaki. Juga rawan keblosok kedalam tanah yang biasa disebut dengan tela (tanah menganga lebar akibat kemarau).

Kini musim kemarau sudah berganti hujan, semua para petani dikampung Penulis kembali bersiap menggarap dan mengolah sawahnya untuk ditanami padi sebagai mata pencaharian sehari-harinya.

Semenjak minggu lalu hingga kini dikampung Penulis sudah ramai orang menanam padi atau yang biasa disebut dengan tandur pari (tanam padi) yang dikerjakan kaum ibu-ibu dan juga mbak-mbak.

Sebelum tandur pari tentunya para petani padi sudah melalui berbagai pengolahan sawah secara matang terlebih dahulu dari mulai memakai alat pembajak mesin yang dulu menggunakan kerbau, kini dengan mesin atau dikampung Penulis disebut dengan meluku mesin (pembajak sawah dengan mesin).

Mengolah sawah sampai tiga kali sebelum tanam padi yaitu yang pertama bakar rumput yang terkumpul setelah dibabat dengan arit pada waktu sebelum hujan tiba atau biasa disebut dengan ngerabut suket (babat rumput hingga bersih).

Kemudian yang kedua setelah sawah sudah penuh dengan air sampai tanahnya gembur baru kemudian dengan traktor mesin yang jika 1/4 sawah bayarnya 250 ribu rupiah.

Ketiga menggunakan cangkul yang dikerjakan dengan orang, biasa 1/4 sawah dikerjakan oleh orang 5 untuk mengolah sawah dengan mencangkul atau biasa disebut dengan kuli macul bedugan (mencangkul sawah setengah hari bedug) dengan 1 orang 60 ribu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline