Lihat ke Halaman Asli

Milan Semprull Milan

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Saya adalah penggemar AC Milan sejak masih kecil. Entah mengapa bisa menyukai klub ini, Saya tidak tahu pasti. Barangkali karena di masa kecil dulu, medio 90-an hingga awal 2000, Serie A menjadi primadona liga terbaik di dunia. Semua pemain terbaik berkumpul di jagad sepakbola Italia. Dan AC Milan adalah satu diantara Raja Diraja sepakbola Italia di masa itu.

Hingga era 2000-an ketika pamor Liga Italia perlahan meredup, kecintaan saya kepada Milan tidak berkurang, bahkan makin menjadi. Saya ingat betul ketika itu, sewaktu saya sekolah SMU, jersey pertama yang saya beli adalah Jersey Milan yang masih disponsori OPEL. Jersey itu masih awet hingga kini, karena memang sejak awal saya beli ukuran yang memang lebih besar dari tubuh saya.

Dari era terdekat, sederet pemain idola yang saya kagumi adalah Paolo Maldini, Alessandro Nesta, Andrea Pirlo, Kaka, Seedorf, Shevchenko dan Inzaghi. Tanpa menafikan peran pemain lainnya, mereka adalah roh tim ini. Dan kini mereka semua tidak lagi bermain bagi Milan, meski Saya yakin kecintaan mereka kepada klub ini jauh lebih besar dari yang saya miliki.

Menyaksikan Milan dibawah asuhan Allegri terus terang saya agak miris. Alasan financial membuat Milan melepas pemain kunci yang sudah sekian lama menjadi roh permainan Milan. Memasuki musim 2012-2013 ketika revolusi terjadi dan Milan menjadi benar-benar baru, saya mafhum jika Milan akan sedikit terseok dan terlunta mengawali musim. Namun yang tidak bisa saya pahami adalah hilangnya ciri khas permainan Milan: kolektivitas dan kreativitas lini tengah.

Ya, selama ini lini tengah adalah kunci permainan Milan. Otentisitas sepakbola Milan ada disini. Lemahnya lini tengah adalah malapetaka Sepakbola Milan. Selepas Andrea Pirlo, sejenak nama Mark Van Bommel ada di posisi itu, melanjutkan peran Pirlo sebagai otak permainan Milan. Musim ini, baik Nigel De Jong maupun Massiomo Ambrosini belum mampu mengisi kekosongan itu dengan baik. Akibatnya lini belakang Milan sering kocar-kacir karena gagalnya peran meredam serangan dari lini tengah.

Salah satu cirri lain yang tidak lagi saya temukan adalah aroma kekeluargaan yang ditunjukkan punggawa Milan. Di dalam maupun diluar lapangan. Saat ini Milan seolah bermain tanpa hati, tanpe kecintaan penuh kepada Klub dan Suporter. Mereka seolah bermain bola saja, tanpa benar-benar mengolah dan memainkannya.

Sampai pertengahan musim ini, bolah dikatakan bahwa Milan masih labil. Khususnya di lini tengah. Suatu ketika Milan bisa sangat perkasa. Misalnya ketika menghadapi Juventus. Determinasi dan pressing ketat yang diterapkan membuktikan kualitas pemain Milan yang sesungguhnya. Lini tengah bermain dengan sangat baik dan menguasai setiap jengkal lapangan. Hasilnya Milan unggul tipis.

Harapan melihat kualitas tim yang sama kemudian terapung ketika hendak menyaksikan partai Roma vs Milan. Komposisi pemain yang hamper tidak berubah alasannya. Tapi kenyataan berbicara lain. Terlalu banyak kesalahan yang dilakukan lini tengah, sehingga Milan mudah sekali ditembus di sisi kanan pertahanan. Gol Roma di babak pertama lebih banyak terjadi karena kesalahan Milan. Terlalu sering salah passing dan kehilangan bola melengkapi permainan buruk Milan. Kebangkitan di babak kedua tak banyak menolong.

Milan vs Barca?

Drawing 16 besar Liga Champions mempertemukan Milan dengan Barcelona. Agaknya Milanisti akan mafhum jika sekali lagi langkah Milan terhenti di knock out stage. Menghadapi Malaga di fase grup Milan selalu kesulitas bahkan kalah kelas permainan. Apatah lagi menghadapi Barca? Tim yang diklaim sebagai tim terbaik dewasa ini?

Tapi, dengan determinasi tinggi dan pressing ketat seperti ketika menaklukkan Juventus bisa menjadi alternative pembuka harapan bagi Milan. Barcelona sering kesulitan menghadapi tim dengan pressing ketat. Status sebagai underdog bisa menjadi keuntungan tersendiri bagi Milan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline