Lihat ke Halaman Asli

Samdy Saragih

Pembaca Sejarah

Presiden Berdasarkan Sapaannya

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dari enam presiden yang pernah memimpin Indonesia, tiga di antaranya punya nama sapaan populer. Nama sapaan itu tidak hanya berlaku di lingkaran orang terdekat, tapi juga dipakai oleh seluruh rakyat Indonesia.

Sebagai orang Indonesia yang baik tentulah kita semua bisa langsung menebaknya. Yang pertama tentulah Sukarno. Dia tidak hanya seorang presiden, melainkan juga orang yang memproklamirkan berdirinya negara ini. Andai tidak jadi presiden pun namanya sudah besar dengan sendirinya. Kedekatannya dengan rakyat kecil dan sikapnya yang egaliter membuat sapaan revolusi "bung" dilekatkan padanya hingga ajal. Sampai saat ini pun kita yang belum lahir semasa dia hidup lebih suka memakai kata "Bung Karno" ketimbang "Sukarno".

Orang kedua adalah Abdurrahman Wahid. Meski dia seorang intelektual yang biasanya elitis, latar belakangnya NU.  Karena anak seorang kiai, panggilan khas pesanteren "gus" melekat erat padanya. Jadilah dia kita semua kenal dengan panggilan populer "Gus Dur" yang juga lebih enak didengar ketimbang nama aslinya yang panjang. Padahal kata "gus" berarti kakak sehingga Gus Dur akan terus tampak terasa muda.

Presiden ketiga yang punya nama populer adalah Susilo Bambang Yudhoyono. Berbeda dengan dua orang itu, sapaan akrabnya tidak disertai kata ganti seperti "mas" atau "bung" melainkan hanya singkatan atau inisial nama aslinya: SBY. Juga berbeda dengan Bung Karno dan Gus Dur yang jauh sudah terkenal sebelum menyandang presiden, inisial "SBY" populer menjelang pemilu 2004.

Saya kira tidak kebetulan jika ketiganya berasal dari daerah yang sama: Jawa Timur. Hampir semua orang Indonesia paham bahwa Jawa Timur itu tidak terlalu njawani ketimbang Jawa Tengah dan Yogyakarta. Sudah barang tentu orang-orangnya juga lebih egaliter dan tidak terlalu formalistik.

Teori Nama Panggilan

Pertanyaan yang boleh jadi hinggap di kepala semua orang saat ini mungkin siapa yang bakal jadi presiden di tahun 2014 nanti. Sudah banyak nama-nama yang muncul, baik lewat survei, maupun melalui suara-suara di media-media bukan arus utama. Mereka itu kebanyakan politisi, pejabat dengan reputasi bersih dan sederhana, hingga kepala daerah yang berprestasi.

Tapi saya mau pakai pendekatan lain. Bagaimana jika nama sapaan dijadikan tolak ukur untuk meramal presiden dan wakil presiden kita di masa mendatang? Tentu saja nama sapaan itu tidak muncul menjelang pemilu ataupun pada spanduk-spanduk kampanye. Tapi mereka yang sedari awal sudah punya nama panggilan akrab.

Dari beberapa nama-nama calon yang kerap dibicarakan publik, ada dua orang yang punya sapaan akrab itu. Pertama adalah Gubernur Jawa Timur, Sukarwo.

Orang-orang di Jawa Timur memanggilnya Pakde Karwo. Saya ingat nama ini muncul menjelang pilkada gubernur Jatim pada awal tahun 2008. Sebelumnya dia Sekdaprov Jatim yang merupakan kedudukan strategis dalam birokrasi daerah. Saya bukan asli Jatim jadi tidak tahu apakah sebelumnya nama sapaan itu sudah cukup populer.

Pakde pun terpilih jadi gubernur dengan Saifullah Yusuf sebagai wakilnya lewat "drama" pemilihan yang melelahkan. Pilkada berlangsung hingga tiga putaran dengan Madura sebagai penentu. Walau tidak menjadi pengurus parpol, Demokrat dan PAN mengajukan nama keduanya. Dan sampai saat ini semboyan "APBD untuk Rakyat" tampaknya memang terbukti.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline