Lihat ke Halaman Asli

Samdy Saragih

Pembaca Sejarah

Beruntungnya Deltras

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Saya bukan mengomentari kemenangan Deltras Sidoarjo atas Persela Lamongan kemarin sore. Laga bertajuk "Derby Bakrie" di Indonesia Break Away League (IBL) ini memang beraroma keberuntungan untuk tuan rumah karena penalti kontroversial yang diberikan wasit. Deltras pun menang 1-0.

Tapi Deltras memang beruntung. Bahkan dibanding klub-klub lain di IBL maupun IPL. Apakah gerangan?

Menyaksikan pertandingan, saya merasa takjub. Untuk kali pertama di musim ini, laga yang berlangsung dalam guyuran hujan bisa berjalan lancar. Lapangan tidak tergenang air. Bola mengalir lancar seperti dalam kondisi kering. Benar-benar luar biasa!

Mungkin komentar saya ini akan ditertawakan oleh orang-orang Eropa atau Jepang. Di negeri-negeri itu, kualitas lapangan memang memadai. Baik hujan atau kering, pertandingan tidak terganggu.

Inilah nasib mujur terbesar Deltras. Mereka punya seorang bupati yang peduli dengan sepak bola. Kepala daerah lain mungkin hanya bangga punya klub tapi tidak ada usaha sedikitpun untuk meningkatkan kualitas stadion.

Saiful Ilah nama bupati kota udang itu. Menjelang akhir musim ISL 2010/2011, kondisi lapangan Gelora Delta sungguh tragis. Ketika hujan, lapangan tak ada beda dengan kubangan lumpur. Ini tentu memalukan bagi kabupaten Sidoarjo dan Jatim. Sebab inilah kompleks olahraga utama PON tahun 2000 yang diadakan di Jatim.

Akhir musim lalu, bukan lapangan saja yang menjadi masalah The Lobster. Klub ini menjadi salah satu yang mengalami kesulitan keuangan. Akibatnya, gaji pemain tersendat. Efek dari situasi ini tentu permainan di lapangan. Marcion Souza, dkk. menghuni papan bawah klasemen, tepatnya satu trip di atas peringkat terakhir.

Semua masalah ini usai ketika didatangi "santa klaus". Siapa orang yan mau berbaik hati itu? Dialah Nirwan Darmawan Bakrie. Diambilnya kendali klub dari pemkab Sidoarjo. Dititipkan juga salah satu orang kepercayaannya yang juga Komek era Nurdin, Mafirion Syamsuddin, sebagai CEO. Dengan demikian, klub ini menjadi "klub tak resmi" Grup Bakrie selain Arema dan Persela.

Pemkab Sidoarjo tentu senang. Mereka tidak perlu lagi menggunakan uang rakyat untuk membiayai klub. Dana surplus itulah yang digunakan untuk membenahi stadion. Rumput diganti dan drainasenya diperbaiki.Pemkab dan masyarakat senang punya klub profesional. Mereka pun berharap Deltras bermain di liga profesional dan tentu saja: resmi.

Tapi apa mau dikata, perubahan kepemilikan ternyata membuat kendali atas klub menjadi milik sang empunya. Ketika liga profesional akan bergulir, tiba-tiba sang CEO memutuskan belok arah. Deltras pun menjadi salah satu dari enam klub yang tidak mendaftarkan diri ikut IPL. Kini kita tahu bahwa Deltras bermain di IBL.

Delta mania tidak bisa berbuat banyak. Mereka tentu bilang lebih enak main di IBL yang diisi klub-klub papan atas. Sebagai penggemar yang bisa dilakukan cuma ikut ke mana klub bermain. Sebab mereka tidak punya suara atau saham yang bisa mempengaruhi kebijakan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline