Lihat ke Halaman Asli

Belajar Dari Adam dan Hawa

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Cerita Adam dan Hawa mungkin semua orang sudah pada tahu tapi pelajaran yang dapat dipetiknya terlupakan bahkan diulang lagi terus menerus, Oleh karenanya saya ingin shering sedikit siapa saja bisa setuju dan tidak setuju, tepuk dada tanya selera.

Kondisi Taman Eden

Takala Adam dan Hawa berada di taman firdaus atau eden hidupnya nyaman dan mudah karena mereka hidup sebagai manusia.  Manusia Hidupnya mudah hanya memberi nama hewan dan tumbuhan  dan berkuasa di atas bumi ini,  setelah itu tugasnya adalah menghasilkan keturunan,  bahkan mereka telanjang pun tidak malu karena hidup mereka terbuka tanpa kebohongan.  Mudah  bukan.

Kondisi setelah Firdaus

Tapi manusia tidak puas menjadi manusia,  mereka ingin seperti TUHAN.  Begitu mereka memakan buah itu mereka menjadi   tuhan (tuhan kecil),  yang tahu benar dan salah mereka malu karena telanjang.  TUHAN menghukum  tuhan kecil yaitu manusia untuk hidup sulit dalam memenuhi nafkahnya,  perempuan dibiarkan kesulitan dan penderitaan dalam melahirkan.

Kondisi sekarang

Bukannya tuhan kecil ingin kembali menjadi  manusia yang dimudahkan hidupnya, tetapi mereka mangkin berusaha untuk menjadi tuhan yang sesunguhnya  kasihan sekali.  Menjadi Tuhan itu sulit dan tidak mungkin di capai,  dan hanya akan menghasilkan kesusahan.   Menjadi manusia itu mudah hanya menjadi petani, berkebun, berburu dan Nelayan untuk memenuhi perutnya saja setelah itu bersenang-senanglah.    Menjadi tuhan itu sulit,  dia harus mencipta,  membuat sesuatu dari tidak ada menjadi ada,  apa yang diciptakan oleh tuhan kecil.

1. Nuklir,  yang menghasilkan Hiroshima, Chernobyl, dan sekarang Fukushima  dan pasti akan ada lagi

2. Uang,  Tuhan menciptakan uang sesungguhnya emas dan perak tetapi tuhan kecil menciptakan printing press peper currency (uang kertas yang bisa di cetak tanpa batas).  Untuk mencetak uang Rp 100.000,- hanya butuh modal Rp2000-5000,-  (betapa mudahnya).  dengan uang yang di cetak manusia menciptakan mobil, pesawat terbang, pesawat ulak alik yang tidak menambah sesuatu untuk manusia hanya menambah penderitaan kemacetan bukan.  Kita bangga dengan uang yang melimpah tapi jangan bangga, ini ceritanya  ;

2.1 Saya ke Thailand ingin menikmati durian bangkok dan disana ada taman yang menyediakan durian yang makan sepuasnya cukup dengan membayar karcis masuknya saja.  Apa yang saya dapatkan durian yang tidak enak rasanya makanya anda boleh makan sepuasnya.  Ha..ha..ha..   Tapi 50 th yang lalu anda tinggal ke hutan di sekitar kota jambi untuk makan durian kwalitas No1  tanpa bayar asal ngak ketemu harimau sumatera saja.

2.2  Ibu saya lahir di keluarga miskin dengan 9 saudara,  kesulitan uang untuk memberi lauk pauk, umur 10 th ibu saya bertugas memasak,  dan adiknya yang berumur 9 tahun  selalu bertanya punya lauk apa untuk hari ini, dan ibu saya berkata tidak ada lauk,  katanya adiknya sebentarnya saya mancing dulu di sungai batanghari dibelakang rumah, 1-2 jam  lauk kwalitas no1 sudah ada seperti udang dan ikan.  Uang tidak memberikan pemenuhan kehidupan,  Alam yang menyediakan.  Dan alam sedang di rusak oleh pencetakan uang secara berlebihan.   Jangan Bangga anda Punya uang bermiliar,  karena itu tidak ada harganya,  lihat orang  berebut keluar dari Jepang,  berapa pun ongkosnya akan di bayar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline