Lihat ke Halaman Asli

Syamsiah

Trainer

ISIS: Isu Murahan yang Kembali Mendiskriditkan Islam

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Lagi-lagi ISLAM. Agama yang satu ini memang sangat meresahkan. Sudah sekian banyak ulah agama ini tapi tak juga ada habisnya. Agama ini sepertinya sangat kuat ambisinya untuk menghancurkan yang berbeda dengan mereka. Agama yang seakan tidak menghendaki selain pengikut Muhammad Saw untuk tinggal di bumi.

Tapi jika memang benar sedemikian jahatnya, mengapa dari hari ke hari makin bertambah saja pemeluknya? bahkan kebanyakan mereka yang muallaf berasal dari Amerika Serikat, negara yang jelas-jelas menyatakan akan pentingnya waspada terhadap tindak-tanduk umat Islam yang suka meneror di mana-mana. Fenomena apa ini?

Konflik Irak-Kuwait

Saya mengikutinya bahkan sejak konflik Irak-Kuwait (tahun ’80-an), yang katanya hanya konflik Timur-Tengah. Ah, agama yang satu ini, dari dulu saja sudah bertengkar. Meski saya sendiri sering tidak bisa menerima alasan-alasan yang diberitakan.

Bagaimana saya mau percaya, wong keduanya hanya negara kecil di Timur-Tengah. Kebetulan keduanya sama-sama penghasil minyak terbesar dunia. Dan Amerika Serikat melalui PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), tanpa diminta dengan sukarela berupaya menengahi konflik keduanya. Amerika Serikat selalu memposisikan dirinya sebagai dewa penolong. Tapi herannya, bukan makin mereda, malah makin kian memanas saja konfliknya.

Peristiwa 9/11

Kemudian peristiwa 9/11 yang membuat umat Islam jadi ancaman sedunia. Anehnya, baru beberapa hari saja peristiwa ini terjadi, langsung dapat diketahui bahwa pelakunya adalah Osama bin Laden dari Jamaah Islamiyyah. Disebutkan bahwa Jamaah Islamiyyah ini sudah menyebar dengan demikian dahsyatnya, jadi kita harus waspada. Baru beberapa hari saja, sudah demikian dalamnya informasi terkait JI.

Dan setelah sekian lama mengintai dan mendapatkan begitu banyaknya informasi tentang Osama bin Laden, mengapa sulit sekali menangkapnya padahal hanya tinggal di goa-goa yang sangat tidak memungkinkan bersentuhan dengan teknologi. Bukankah Amerika paling depan dalam perkembangan teknologi? Tetapi mengapa hanya mengintai lokasi tempat tinggalnya Osama bin Laden saja tidak bisa?

Saya sendiri, dari hari pertama, cukup melihat nama organisasi tersebut dan besarnya pengetahuan dubes Australia tentang JI, saya langsung menyadari bahwa sebenarnya yang sedang diceritakan adalah kawan mereka sendiri.

Dari namanya saja jelas sekali bahwa ini hanyalah cara untuk mendiskriditkan Islam. Mana ada organisasi yang begitu terang-terangan mengakui mereka itu siapa jika tidak melakukan misi yang baik dan humanis? Organisasi-organisasi dan oknum-oknum yang buruk, biasanya menutupi identitas asli mereka jika apa yang dilakukan di dalamnya bukanlah hal-hal yang bermanfaat bagi kehidupan.

Bom Bali dan Teror-Teror lain di Indonesia

Setahun kemudian terjadi pemboman di Bali yang juga pelakunya mengatasnamakan ajaran jihad dalam Islam. Pelaku pemboman bunuh diri malah menyebutnya sebagai bom syahid. Padahal definisi syahid tidak bukan pada hal-hal yang buruk.

Bolehlah pelaku beragama Islam, tapi pengetahuan agama mereka hanya ikut-ikutan. Diiming-imingi surga dan bidadari oleh gurunya, mereka langsung tertarik untuk melakukan teror di ruang-ruang publik.

Lalu, jika memang tidak ada tuntunannya dari para pendahulu Islam, mengapa masih saja dipercaya itu sebagai gerakan Islam? Mengapa kita mau saja dibodohi media yang hanya ingin menyudutkan Islam?

Setelah bom Bali, ternyata masih ada lanjutannya, yaitu bom Bali II. Kemudian disusul terror-terror lainnya seperti pemboman di gedung JW Marriot yang juga sampai dua kali. Sampai akhirnya ditemukan banyaknya pelaku teror yang berasal dari Solo. Walikota Solo waktu itu berkomitmen menumpas pelaku teror yang berdomisili di Solo yang kemudian mengankatnya menjadi presiden.

Dialog Antaragama

Di sisi lain, tidak terima dengan sebutan syahid untuk bom teror, umat  Islam berupaya melakukan klarifikasi. Studi-studi tentang pelaku teroris dan dialog antarpemuka agama pun banyak dilakukan untuk mencapai titik temu. Hasil dari dialog-dialog tersebut menyatakan, umat agama manapun menginginkan kedamaian dan tidak meridhai aksi-aksi teror yang mengatasnamakan agama.

Hasilnya disepakati, agama manapun tidak ada yang mengajarkan bunuh diri untuk mendapatkan surga. Dan semua akhirnya tersadarkan, bahwa pelaku bom syahid di Indonesia bukanlah berasal dari internal Islam, tapi golongan yang tidak suka dengan kebangkitan Islam.

Kebangkitan Islam yang Mengkhawatirkan

Sejak era reformasi, ada beberapa perubahan dalam kehidupan bermasyarakat. Perubahan ini diinisiasi mahasiswa yang kemudian mulai diberlakukannya kebebasan pers. Masyarakat yang awalnya merasa terkekang oleh bergagai aturan akhirnya bisa mengungkapkan pendapatnya di ruang-ruang publik. Kondisi ini melahirkan dialog-dialog dalam masyarakat yang menghasilkan norma-norma baru, mulai dari gaya liberal-sekuler yang bisa berkeliaran bebas hingga kaum agamis, terutama umat Islam yang tengah disorot.

Tidak ada lagi isu jilbab racun yang meresahkan para muslimah yang ingin menjalankan perintah-Nya. Majalah-majalah dan bacaan-bacaan islam lainnya mulai marak diperjualbelikan.  Umat Islam mulai medapatkan ruangnya dalam berkehidupan kebangsaan di Indonesia. Pemikiran yang mulai dibuka banyak melahirkan diskusi bertemakan Islam mulai dari kita bangun tidur sampai kita tidur lagi. Dan salah satu diskusi yang sangat marak dan membuahkan hasil adalah Ekonomi Islam.

Keresahan umat akan uang riba akhirnya melahirkan bank-bank syariah. Meski Indonesia adalah pionir perbankan syariah, perkembangannya sulit sekali. Banyak halangan di sana-sini karena bank syariah dapat menggeser bank-bank ribawi. Berkebalikan dengan Indonesia sang pionir bank syariah, studi tentangnya banyak dilakukan di benua Eropa. Mereka mengungkapkan bahwa bank syariah lebih pantas untuk kehidupan bermasyarakat.

Selanjutnya, umat sedunia pun mulai penasaran dan mulai melakukan penelitian-penelitian terhadap hal-hal lain dalam syariat islam yang akhirnya ditemukan banyak memiliki manfaat yang amat dahsyat. Geliat minat terhadap kehidupan berbasis syariah Islam inilah yang membuat pihak-pihak yang tidak berkenan berupaya menjatuhkan nama baik Islam, terutama melalui aksi terorisme.

Ini baru satu sisi kehidupan yang mulai dibenahi umat Islam, yaitu Ekonomi. Dan dari sekian banyak perekonomian dalam Islam, baru menyentuh perbankannnya. Ini baru bagian kecil dari perubahan yang dilakukan umat Islam, namun sudah membuat Yahudi panik.

Berbagai upaya dilakukan Yahudi untuk selalu mendiskriditkan Islam agar agama ini hanya fokus pada masalah yang sebenarnya hanya rekayasa mereka. Agar agama ini melupakan fokus sebelumnya, yaitu mengembalikan umat pada kehidupan yang sesuai dengan syariat islam yang rahmatan lil aalalmiin.

Menganiaya Islam dan Ummatnya Bukan Teror

Di samping itu, umat Islam makin dianiaya kehidupannya. Mulai dari konflik di Bangkok, Thailand, diskriminasi terhadap muslim di Uighuir, China, sampai seringnya dibenturkan konflik Indonesia-Malaysia. Dan yang terparah adalah perampokan tanah air Palestina oleh Yahudi yang kini hanya menyisakan satu gang saja, yaitu Jalur Gaza.

Namun perlakuan mereka sama sekali tidak disebut sebagai teror. Bahkan ketika muncul pemberitaan dari internal Islam tentang penganiayaan umat Islam, langsung muncul berita sanggahannya. Penggalangan dana kemanusian pada Palestina pun menuai banyak kecaman.

Bahkan ada yang berani mengatakan bahwa informasi yang beredar tentang penganiayaan pada rakyat Palestina sudah tidak up to date. Keberpihakan yang sangat jelas terlihat dan mudah sekali dibaca. Bagi mereka, Islam itu memang harus dianiaya atau minimal dipersempit ruang geraknya seperti yang tengah kita rasakan kini.

Irak Sebagai Sumber Minyak

Kisah tentang terungkapnya penjara bawah tanah milik Saddam Husein membuahkan tanda tanya bagi saya. Dari mana Amerika mengetahui informasi ini kalau bukan yang dipenjara adalah orang-orang mereka? Karenanya Amerika meminta Saddam Husein mengeluarkan seluruh penghuni penjara tersebut. Belakangan terungkap bahwa penghuni penjara tersebut adalah penganut Syiah. Dan Saddam Husein yang Sunni sangat keras memusuhi Syiah.

Tuduhan Irak punya senjata pemusnah massal ternyata tidak terbukti. Tuduhan ini hanyalah cara agar dunia simpati dengan Amerika yang katanya ingin mewujudkan kedamaian dunia. Padahal semua juga tau, Irak itu bukan negara yang teknologinya maju. Yang teknologi maju dan canggih ya Yahudi, sesepuhnya Amerika.

Era ISIS

Kini, Islam kembali menjadi bulan-bulanan dengan menjadikan ISIS sebagai isunya. Orientasinya mungkin terlihat agak berbeda: JI yang digambarkan anti barat, sedang ISIS adalah bentrokan Syiah-Sunni. Namun keduanya sama-sama mau menyampaikan hal yang sama: Islam itu Teroris ! Kita pun sudah tau siapa Syiah itu sebenarnya dan didanai oleh siapa kekuatan mereka.

Sayangnya, taktik terorisme Islam ini terasa basi dan umat sudah sedemikian muak. Umat sudah banyak yang tau, ini hanya pengalihan isu terhadap upaya kembalinya komunisme di negeri ini. Komunismie harus tumbuh di negeri ini karena China sudah banyak memberikan dana untuk pemerintahan yang baru berjalan beberapa bulan ini. Komunisme pelan namun pasti sedang menggerogoti sendi-sendi bangsa, hingga tanpa disadari akhirnya negeri ini telah menjadi komunis.

Nyatanya, hingga kini isu ISIS di Indonesia belum bisa dibuktikan kebenarannya. Baru terduga sebagai anggota ISIS dan belum ada bukti-bukti kejahatanya, tapi pemerintah sudah berani merusak dan membombardir rumah tinggal mereka. Padahal kejahatan yang jauh lebih berdampak pada bangsa ini, yaitu narkoba, korupsi, dan pergaulan bebas, malah dibiarkan bebas meraja lela. Sungguh sikap yang sangat mengada-ngada dan hanya alasan untuk menyerang Islam. Islam dikesankan seolah-olah gemar menyerang, padahal kenyataannya, Islam lah yang selalu diserang.

Kita mungkin lupa, dulu kita khawatir akan bahaya maraknya liberal-sekuler. Mereka menyebar melalui para akademisi dan peneliti-peneliti yang biasanya disekolah di negara-negara penganut liberal-sekuler untuk dicuci otaknya. Lalu kembali pulang di tanah air membawa ajaran baru tersebut dan menyebarkannya melalui bantuan media atas kucuran dana dalam bentuk hibah dan gerakan-gerakan kemanusiaan. Dan kini, Indonesia sudah menjadi negara liberal-sekuler, yang dahulu sangat diwaspadai eksistensinya.

Sungguh, ISIS hanyalah Isu Murahan yang Kembali Mendiskriditkan Islam !!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline