Kalau boleh memilih, tentu saya lebih suka memiliki guru yang humoris, ketimbang guru yang pembawaannya kaku dan terlalu serius dalam menghadapi murid-muridnya. Saya yakin, sosok guru humoris lebih disukai dan dicintai oleh para peserta didik daripada guru yang tak memiliki selera humor sama sekali.
"Humor adalah salah satu sumber rasa gembira". Kalimat menarik ini saya temukan dalam buku "Sukses Menjadi Guru Humoris dan Idola yang Dikenang Siswa Sepanjang Masa". Dari sini kita tahu bahwa humor menjadi salah satu elemen penting yang mestinya dimiliki oleh para guru. Agar guru bisa mengajar atau mendidik murid-muridnya dengan riang gembira.
Humor yang diperlukan dalam proses belajar mengajar adalah humor yang memiliki nilai mendidik bagi para peserta didik. Bukan humor ngawur yang memuat hal-hal cabul atau tidak memberikan manfaat sama sekali.
Humor adalah hal-hal atau tindakan yang bersifat lucu, didaktis, menghibur, dan menyenangkan. Humor tidak hanya sebagai obat pelipur lara saja, tetapi juga memiliki bentuk pengajaran dan kritik (halaman 91).
Dalam buku karya Harimawan Junaidi ini dipaparkan beberapa teknik humor yang dapat diterapkan oleh guru. Salah satunya ialah 'teknik berita terkini'. Jadi, sebagai guru, sebaiknya mengikuti perkembangan isu-isu terbaru. Berita yang sedang hangat dapat dimanfaatkan untuk membuat humor dalam proses pembelajaran karena hal ini menjadi keceriaan sosial. Salah satu caranya adalah mengungkapkan kembali ungkapan atau hal-hal yang lucu juga sangat menghibur.
Teknik selanjutnya yakni 'teknik pantun, kalimat berirama, dan permainan kata'. Jadi, humor yang sering dilakukan oleh guru adalah menggunakan pantun jenaka yang menceriakan mengundang rasa humor dan melekat dalam ingatan. Misalnya: "Duduk sendirian, menanti kekasih. Sekian dan terima kasih" (halaman 94).
Seorang guru, selain membekali diri dengan rasa humor, juga penting untuk selalu belajar dan terus belajar. Jangan hanya karena sudah mendapat gelar tinggi saat kuliah, lantas seorang guru merasa enggan untuk belajar kembali. Belajar di sini bisa dengan cara rutin membaca beragam jenis buku. Menurut saya, guru profesional salah satu tandanya ialah selalu menyisihkan uang gajiannya untuk membeli buku-buku sebagai bekal untuk meningkatkan pengetahuannya.
Seorang guru tidak dapat mengajar dengan baik jika ia hanya mengandalkan pengetahun yang diterima dari kuliah S1-nya saja. Murid zaman sekarang lebih hebat dan maju dari murid zaman dahulu. Jika guru hanya mengandalkan ilmu yang ia dapat di bangku kuliah saja, ia akan disalip murid-muridnya (halaman 116).
Menurut saya, terbitnya buku "Sukses Menjadi Guru Humoris dan Idola yang Dikenang Siswa Sepanjang Masa" karya Harimawan Junaidi (terbitan Araska, 2019) ini layak dimiliki dan dibaca oleh para guru, sebagai bekal untuk meningkatkan kompetensi keguruannya. Selamat membaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H