Mulai hari ini kampanye terbuka pilpres 2019 dimulai. Tercatat jadwal kampanye dari tanggal 24 Maret hingga 13 April. Zonasi kampanye dibagi dua, Zona A dan Zona B. Kedua paslon akan bergantian zona sesuai jadwal.
Berdasarkan survei terbaru yang dilakukan Litbang Kompas pada 22 Februari 2019 - 5 Maret 2019 menunjukkan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf berada di angka 49,2 persen, sementara Prabowo-Sandiaga 37,4 persen. Adapun, 13,4 persen responden menyatakan rahasia.
Ada selisih 11,8 persen. Yang menarik adalah pertarungan sengit di rentang usia pemilih Generasi Z dan Milennial. Prabowo-Sandi begitu dominan di usia Gen Z.
Karakter Gen Z dan Milennial sama-sama akrab dengan internet. Ini berarti mereka inilah yang aktif dengan gawai mereka. Selalu terhubung dengan media sosial. Dengan demikian perlu strategi dan pendekatan yang berbeda dibanding dengan pemilih usia lebih dari 40 tahun.
Perlu diingat juga, masih ada 13,4 persen swing voter. Atau 86,6 persen yang sudah menentukan pilihannya. Suara swing voter lebih besar dari selisih elektabilitas paslon yang cuma 11,8 persen. Itu artinya jika pasangan Prabowo-Sandi berhasil menggaet seluruh swing voter maka Jokowi-Maruf akan kalah.
Menyikapi hal ini maka TKN dan relawan Jokowi-Maruf harus lebih cerdas lagi guna memenangkan suara swing voter. Kampanye terbuka berarti timses boleh menggelar kampanye atau rapat umum di lapangan, stadion, atau tempat umum/terbuka lainnya. Selain kampanye terbuka, metode kampanye melalui media massa, berupa iklan di media cetak dan elektronik, juga telah dibolehkan bagi peserta Pemilu 2019.
TKN dan relawan Jokowi-Maruf tidak boleh kehilangan fokus. Swing voter didominasi oleh milennial. Di mana milennial ini tidak lepas dari ponsel dan media sosial. Bisa jadi bukan kampanye di lapangan terbuka yang efektif bagi swing voter. Bukan kampanye yang memerlukan pengumpulan massa. Tetapi yang lebih efektif adalah kampanye di udara.
Sudah saatnya lebih agresif menyerang di udara. Berupa materi atau konten yang menarik di media sosial, baik di Facebook, Instagram atau Twitter. Bukan sekedar menyerang tapi juga bertahan dari serangan lawan. Mengcounter kampanye negatif atau hitam lawan terutama di WhatsApp.
Cara-cara kreatif seperti yang sudah dilakukan oleh PSI sangat menarik dan cocok dengan milennial. Tapi PSI saja tidak cukup. Perlu dukungan dari partai koalisi lain. Saatnya merapatkan barisan.
Dan ujung tombak sesungguhnya adalah relawan. Selama ini relawan Jokowi-Maruf kalah dari sisi militansi. Lupakan istilah silent majority. Mari bergerak lebih lantang lagi. Bukan sekedar perang tagar. Ini tidak terlalu penting. Meyakinkan orang-orang terdekat akan lebih efektif. Jika para caleg harus lebih rajin lagi door to door mengunjungi masyarakat. Relawan bisa menguatkannya dari udara.