Lihat ke Halaman Asli

salwa shabihah

Universitas Pancasakti Tegal

Tantangan Cybercrime: Mengungkap Penyalahgunaan Teknologi yang Merugikan

Diperbarui: 29 Juni 2024   12:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

New World. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Di era modern saat ini, teknologi telah membawa manfaat luar biasa bagi manusia, namun juga menghadirkan tantangan baru terkait keamanan dan integritas. Salah satu masalah yang semakin meresahkan adalah penyalahgunaan kecerdasan buatan (AI) dalam kejahatan dunia maya, atau yang sering disebut sebagai cybercrime. Cybercrime mencakup berbagai aktivitas kriminal seperti pencurian data, penipuan online, dan penyebaran virus melalui jaringan komputer dan internet. Risiko yang dihadapi dalam mengatasi ancaman kejahatan siber (cyber crime) tidak kalah dengan perang konvensional.  Penggunaan teknologi cyber berdampak luas karena bisa mencakup berbagai aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara, diantaranya bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan keamanan.

Kejahatan siber (cyber crime) semakin meningkat yang dimanfaatkan pihak-pihak tertentu baik secara individu atau kelompok maupun negara dengan tujuan tertentu untuk dapat melemahkan lawannya. Kondisi ini perlu diwaspadai karena tidak menutup kemungkinan suatu negara dapat dilumpuhkan dan dihancurkan dengan perang teknologi atau melalui cyber. Menurut Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), setiap tahun ada ribuan serangan siber yang terjadi di Indonesia. Pada tahun 2023, terdapat sekitar 279,8 juta serangan siber. Jika dibandingkan dengan serangan siber tahun sebelumnya, jumlah serangan siber yang terjadi di Indonesia mencapai 370,02 juta serangan atau 24,4% dari total serangan siber yang terjadi. Makin maju teknologi yang ada, makin banyak pula masalah yang akan muncul.

Belum lama ini, publik dikejutkan dengan kasus penggunaan teknologi AI yang tidak etis di platform TikTok. Sebuah perusahaan obat pelangsing memanfaatkan AI untuk mengganti wajah seseorang tanpa izin sebagai bagian dari kampanye promosi produknya. Tindakan ini tidak hanya menyalahi etika, tetapi juga merugikan banyak pihak, termasuk individu yang wajahnya digunakan tanpa sepengetahuan, serta konsumen yang terbujuk untuk membeli produk dengan klaim yang mungkin tidak jujur. Kasus ini melibatkan salah satu artis Tanah Air yang menjadi korban, dengan wajahnya disalin menggunakan AI untuk menarik minat pembeli. Namun, konten promosi tersebut justru mengandung penyajian berlebihan dan tidak jujur, menyampaikan pesan yang lebih fokus pada penjualan tanpa mempertimbangkan kepercayaan konsumen. Untungnya artis terkait sudah memberikan klarifikasinya pada akun tiktok pribadinya, bahwasannya pada video iklan tersebut tidak berkaitan dengan dirinya dan kemungkinan video tersebut telah diedit menggunakan AI agar wajah, postur tubuh, dan suara bisa sangat mirip dengannya.

Selain kasus ini, masih banyak lagi insiden penyalahgunaan teknologi yang belum terungkap sepenuhnya. Penipuan melalui media sosial, pencurian identitas online, dan serangan phishing yang semakin canggih adalah contoh lain dari bagaimana teknologi saat ini digunakan untuk tujuan kriminal. Menghindari kejahatan siber memerlukan kewaspadaan dan tindakan pencegahan yang konsisten.

 Langkah pertama adalah memastikan semua perangkat lunak, termasuk sistem operasi dan aplikasi, selalu diperbarui dengan patch keamanan terbaru. Hal ini penting karena pembaruan sering kali mencakup perbaikan untuk kerentanan yang dapat dieksploitasi oleh peretas. Selanjutnya, penggunaan kata sandi yang kuat dan unik untuk setiap akun online sangatlah penting. Kata sandi yang kuat biasanya terdiri dari kombinasi huruf besar dan kecil, angka, dan simbol. Selain itu, mengaktifkan autentikasi dua faktor (2FA) pada akun-akun penting dapat memberikan lapisan keamanan tambahan, karena 2FA memerlukan verifikasi tambahan selain kata sandi. Waspadai email dan pesan mencurigakan yang mencoba memancing informasi pribadi atau keuangan. Ini sering dikenal sebagai phishing. Taktik phishing dapat mencakup pesan yang tampaknya berasal dari institusi yang sah tetapi bertujuan untuk mencuri data Anda. Hindari mengklik tautan atau lampiran dari sumber yang tidak dikenal atau mencurigakan, dan selalu verifikasi keabsahan pesan tersebut dengan menghubungi institusi terkait secara langsung melalui saluran resmi.

Selain itu, Untuk melindungi diri dari ancaman ini kita perlu meningkatkan kesadaran akan keamanan cyber sangatlah penting. Perlu adanya upaya kolaboratif antara individu, perusahaan, dan pemerintah untuk memperketat regulasi, meningkatkan pendidikan tentang keamanan digital, dan mengembangkan teknologi untuk mendeteksi dan mencegah penyalahgunaan AI.  Dengan memahami potensi risiko yang terlibat dan tetap waspada terhadap taktik baru penipuan cyber, kita dapat menjaga integritas dan keamanan dalam menggunakan teknologi di era digital ini.

REFERENSI:

Brantas, S. (2014). Defence Cyber dalam Konteks Pandangan Bangsa Indonesia Tentang Perang dan Damai. Jurnal Pertahanal, Vol.2, No.2, 2014, Hal.55.

BSSN. (2023, November 15). Dipetik Juni 28, 2024, dari Badan Siber Dan Sandi Negara: https://www.bssn.go.id/55209-2/

Lynch[@melaney_ricardo], M. R. (2024, Januari 19). Hati-hati dengan iklan menggunakan AI. TIK-TOK.

NurFirman, M. (2024, Februari 2). Dipetik Juni 28, 2024, dari widyasecurity: https://widyasecurity.com/2024/02/02/data-jumlah-serangan-cyber-di-indonesia-tahun-2023/

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline