Lihat ke Halaman Asli

salwalavina

MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)

Sosialisasi mengenai "Penerimaan Orang Tua yang Memiliki Anak Berkebutuhan Khusus ( ABK ) "bersama Wali Murid SLB Bimantara Ngantang

Diperbarui: 23 Desember 2024   00:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Bersama Wali Murid / Siswa SLB Bimantara Ngantang ( Sumber : Koleksi Pribadi / Salwa Lavina Yansa

Program pengabdian masyarakat dalam kegiatan Magang Mandiri MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) dilakukan dengan mengadakan sosialisasi tentang "Penerimaan Orang Tua Yang memiliki Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)" sukses digelar di SLB Bimantara Ngantang pada 30 November 2024 mulai pukul 08.00 WIB hingga selesai. Sosialisasi ini diikuti oleh 13 wali murid SLB Bimantara Ngantang. Acara ini bertujuan membantu orang tua menerima kondisi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) , serta memberikan penjelasan mengenai bagaimana memahami Anak Berkebutuhan Khusus.

Kegiatan sosialisasi ini dilaksanakan oleh mahasiswa Psikologi Universitas Negeri Malang (UM)  dan diakhiri oleh sesi sharing antara orang tua / peserta  dan mahasiswa. pada sosialisasi ini menjelaskan materi tentang penerimaan orang tua dan ciri khusus pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) . Materi yang dipaparkan ini menjelaskan bagaimana sikap orang tua yang agar menerima memiliki Anak Berkebutuhan Khusus, disini juga kamu menjelaskan bagaimana fase emosional orang tua , Dukungan Sosial , Pendidikan & Informasi , Persepsi orang tua dan lingkungan , perubahan dalam harapan , dan pengalaman pribadi.

Berdasarkan data terbaru Di Indonesia, jumlah anak berkebutuhan khusus (ABK) terus diperkirakan meningkat, namun data yang akurat dan terbaru masih terbatas. Berdasarkan beberapa penelitian dan data yang ada, berikut adalah estimasi jumlah anak dengan berbagai jenis kebutuhan khusus di Indonesia:

1. Prevalensi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

Angka prevalensi global: Secara global, prevalensi anak dengan disabilitas diperkirakan sekitar 15% dari populasi anak. Jika angka ini diterapkan pada Indonesia, yang memiliki lebih dari 70 juta anak (berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik tahun 2023), maka sekitar 10,5 juta anak di Indonesia berpotensi memiliki berbagai bentuk kebutuhan khusus, termasuk fisik, intelektual, atau gangguan perkembangan seperti autisme.

Autisme: Untuk gangguan spektrum autisme (GSA), prevalensinya di Indonesia diperkirakan sekitar 1-2% dari jumlah total populasi anak. Artinya, sekitar 700.000 hingga 1,4 juta anak di Indonesia kemungkinan terdiagnosis dengan autisme, meskipun angka ini bisa bervariasi tergantung pada wilayah dan kebijakan pemeriksaan.

2. Jenis Kebutuhan Khusus yang Umum Ditemui

Autisme: Gangguan spektrum autisme (GSA) adalah salah satu kondisi perkembangan yang paling umum ditemukan. Angka prevalensinya meningkat seiring dengan kesadaran masyarakat yang lebih tinggi dan kemajuan dalam deteksi dini.

Disabilitas Fisik dan Sensorik: Ini termasuk keterbatasan dalam gerakan tubuh, gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, dan gangguan motorik lainnya. Penyandang disabilitas fisik atau sensorik juga jumlahnya signifikan, meskipun data pasti lebih sulit didapatkan.

Disabilitas Intelektual: Anak dengan gangguan perkembangan intelektual, yang memiliki keterlambatan dalam kemampuan kognitif, juga merupakan kelompok yang cukup besar. Berdasarkan data global, sekitar 1-3% anak dapat memiliki disabilitas intelektual.

3. Data Pemerintah dan Lembaga

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline