Lihat ke Halaman Asli

Salwa Deswita

Mahasiswi

Budaya Danusan: Pengorbanan Waktu, Tenaga, dan Dana Mahasiswa

Diperbarui: 5 Juni 2023   18:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi mahasiswa berjualan. Foto: Yuriy Golub/Shutterstock

Pernah nggak kalian sedang jalan di dalam area kampus lalu bertemu sekumpulan mahasiswa sedang menjajakan beraneka macam makanan dan minuman. Ketika kamu melewati mereka, maka otomatis terdengar sahutan-sahutan seperti "Ayo kak dibeli! Ada risol mayo, ada bomboloni! Es teh juga ada!".

Fenomena ini sangat khas dan familiar di kalangan mahasiswa, istilahnya adalah 'danusan'. Danusan atau kegiatan mengelola dana usaha merupakan salah satu upaya bagi mahasiswa mencari dana tambahan untuk melaksanakan sebuah kegiatan, umumnya kegiatan organisasi. Seringkali dana yang diberikan oleh pihak kampus tidak mencukupi terlaksananya kegiatan, maka danusan menjadi salah satu jawaban dan solusi.

Bagi sebagian orang, danusan terkesan menyenangkan dan insightful. Di mana kalian akan bertemu banyak orang sembari menawarkan makanan atau minuman lalu mendapatkan keuntungan ketika produk yang dijual telah habis. Danusan juga dapat melatih skill kewirausahaan mahasiswa.

Tidak bisa dipungkiri, terdapat hal-hal positif dari kegiatan danusan namun, pengorbanan mahasiswa dalam melancarkan kegiatan ini pun perlu diberikan garis bawah.

Salah satu teman saya, Anita (nama disamarkan), memiliki pengalaman danusan yang dapat dibagikan. Ketika dia berada di divisi dana usaha, kegiatannya dimulai dengan mengambil risol mayo dan bomboloni di rumah supplier pada siang hari atau bahkan di pagi hari sesuai dengan jadwal berjualan. Tak jarang, dia berangkat pada pukul 06.00 karena pukul 07.00 sudah mulai berjualan.

Setelah itu, dia akan kembali ke kampus. Di sana, teman-teman satu divisinya sudah menunggu sembari menyiapkan minuman. Minuman yang dijual dibuat sendiri oleh teman-teman Anita sesuai pembagian tugas. Mereka telah membeli bahan-bahan yang dibutuhkan terlebih dahulu di hari sebelumnya, seperti minuman bubuk kemasan, gelas plastik, air mineral, dan es batu. 

Anita mengatakan bahwa pembelian bahan-bahan dan makanan dari supplier biasanya menggunakan uang pribadi terlebih dahulu lalu nantinya akan diganti ketika sudah ada perolehan bersih dari penjualan. Akan tetapi, uang dari organisasi pun beberapa kali turun sebagai modal berjualan mereka. 

Ada banyak cara yang digunakan dalam menjual makanan atau minuman yang mereka tawarkan. Pertama, Anita dan teman-temannya membuka sistem pre-order yaitu pembeli dapat memesan terlebih dahulu satu hari sebelumnya dan pada besoknya makanan bisa langsung diambil tanpa takut kehabisan.

Kedua, mereka akan stay di suatu tempat seperti gazebo kampus atau di tempat yang ramai. Di sana, mereka akan menata makanan dan minuman sehingga terlihat oleh banyak orang dan mulai menawarkan kepada mahasiswa yang berlalu lalang.

Anita dan teman-temannya akan berjualan hingga makanan dan minuman habis. Tak jarang, mereka pun berkeliling kampus untuk menjajakan makanan yang belum terjual. Bahkan, ketika waktu sudah semakin gelap, mereka tak segan untuk membeli makanan dan minuman yang belum laku terjual agar mereka segera pulang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline