Lihat ke Halaman Asli

Hubungan Ilmu Psikologi Terhadap Keberlangsungan Dakwah

Diperbarui: 29 April 2024   20:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Oleh: Syamsul Yakin dan Salwa Aulia Fitri

Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Psikologi dakwah adalah ilmu bantu bagi kegiatan dakwah. Ilmu ini dapat diterapkan oleh da'i yang mengerti bukan hanya ilmu agama, tetapi juga ilmu psikolog. Selain itu, ilmu tersebut bisa diterapkan oleh psikolog yang suka berdakwah. Da'i yang psikolog adalah seseorang yang memiliki kecakapan dalam bidang agama Islam seperti akidah, ibadah, dan akhlak kemudian berdakwah dengan cara kerja psikolog.

Da'i berupaya untuk mencari tahu, menganalisis penyebab, dan mencari solusi terhadap permasalahan seseorang. Sementara psikolog yang suka berdakwah adalah adalah psikolog yang menangani keluhan klien seperti rasa cemas yang berlebih, depresi, trauma, suka menyakiti diri sendiri dan orang lain, kecanduan sesuatu, susah makan, gangguan tidur dan lain-lain dengan inti ajaran islam akidah, ibadah, dan akhlak. Jadi, da'i yang psikolog adalah seorang da'i yang berdakwah dengan menerapkan pula ilmu bantu psikologi. Sedangkan psikolog yang suka berdakwah adalah seorang psikolog yang membantu klien dengan menggunakan ilmu agama Islam sebagai ilmu bantu.

Tujuan psikologi dakwah diharapkan dapat memberikan pandangan tentang perubahan tingkah laku objek dakwah sesuai dengan ajaran agama Islam. Jadi, berdakwah dengan pendekatan psikologis, memungkinkan jamaah merasa sedang mengikuti kehendaknya sendiri tanpa diperintah. Di sinilah letak pentingnya seorang da'i belajar psikologi. Apalagi memang objek dakwah dan objek psikologinya sama-sama manusia. 

Oleh karena itu, psikologi dakwah dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala hidup kejiwaan manusia yang terlibat dalam proses kegiatan dakwah. Misalnya, orang yang merasakan kedamaian selepas berzikir. Orang yang bersabar setelah berpuasa, orang yang sersyukur setelah membayar zakat dan sebagainya.

Ketenangan, sabar, dan syukur adalah keadaan psikologis jamaah yang bisa dipertahankan dan ditingkatkan melalui kegiatan dakwah. Bisa dipahami jika psikologi dakwah memperhatikan perilaku individu da'i dan jamaah serta mencoba menyimpulkan proses kesadaran yang menyebabkan terjadinya perilaku tersebut.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline