Lihat ke Halaman Asli

salwa putri adriani

@salwaputrii_

Istikharahku Untukmu

Diperbarui: 5 Maret 2020   17:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Tali iman yang kuat adalah cinta karena Alloh dan benci karena Alloh"

***

"Dear Alloh, Why Him?"
Kalau dipikir hidup itu singkat, seperti baru kemarin aku jadi bullyan kegiatan ospek,sekarang sudah jadi pengisi acara. Benar kata mereka, bahwa waktu it uterus berjalan, umur semakin berkurang, dan dosa semakin bertambah.

Melihat maba berseragam putih hitam denga dasi hitam itu menyenangkan, generasi baru telah datang dan akan meneruskan generasi lama. Tapi, melihat kedua kalinya ke barisan hitam putih itu aku merasa kasihan, jalan yang mereka tapak baru anak tangga pertama, mereka bakal melewati waktu dimana kehidupan bangku kuliah itu sangat menyengsarakan. Waktu dimana mereka akan merasakan putus asa hanya karena dosen tidak memberi tanda tangan.

Ah, aku bernapas panjang. Alhamdulillah, berkat kekuatan dari Alloh, aku bisa wisuda dan mendapat gelar sarjana  keperawatan. Dimana, tahun yang paling berat ketika semester tiga telah terlewati.

"Mbak Nai, beritahu Dokter Wildan kalua peserta sudah siap diberi materi". Kata Dara, time keeper acara ospek fakultas keperawatan.
"oke de". Jawabku seraya menutup buku materi yang aku sampaikan setelah Wildan memberi materi. Kaki ku langsung berjalan cepat kearah ruang himpunan mahasiswa, tempat dimana wildan kini berada.

***

"Assalamualaikum..."
Aku membuka knop pintu dengan perlahan dengan menyeimbangkan detak jantung yang berdetak tak karuan saat akan berhadapan dengan kaum pria satu ini. Irama napasku sedikit memburu tapi aku berhasil menetralkan dengan beberapakali bacaan Bismillah. Ku sapu ruangan bernuansa abu-abu itu dan kudapati sosok pria yang kucari itu tengah duduk diatas sajadahnya.
"Allohu Akbar!" dia duduk diantara dua sujud.
Aku memandanginya penuh kagum. Ditengah kesibukannya sebagai dokter sekaligus pembicara, tapi masih sempatnya dia sholat dhuha dengan khusyunya. MasyaAlloh...
Aku kembali melangkahkan kakiku mendekatinya setelah ku dengar dua salam pertanda sholat sudah selesai.
"Assalamualaikum, Dokter Wildan". Ucapku
"Waalaikum salam". Jawab nya sambil merapikan  sajadahnya.
"Laporan dari tim keeper kalua pemberian materi ospek sudah bisa dimulai". Laporku kepada dokter Wildan
Ujung rambutnya yang basah karena air wudhu membuatku menelan air liur sejenak. Sungguh, setan ramai membisikiku untuk terus memandanginya. Astaghfirulloh...

Seketika aku menundukan kepala menatap lantai putih yang dan membuyarkan khayalanku tentang Wildan.

Puk!
Astaghfirulloh! Wildan seenak jidatnya menipuk keningku sambil berjalan berlalu gitu saja.
"Lapin tuh keringet,jelek banget keringetan gitu". Celetuknya sebelum hilang dibalik pintu.

Aku menatapnya heran, lantas aku raba keningku dan kudapati tisu 2lembar menempel disana.  Sambil tersenyum, aku mengelap wajahku yg benar benar penuh keringat. MasyaAlloh... wildan, kau semakin membuatku tidak bisa move on dari bayang bayangmu.
***
Semua peserta ospek digiring masuk ke aula fakultas Kedokteran yang digabung dengan jurusan Keperawatan. Mereka mendapat materi tentang "Peran Dokter dan Perawat guna peningkatan kesehatan masyarakat". Materi yang diberikan wildan menyangkut peran dan bentuk kerjasama antara dokter dan perawat, setelah menjelaskan peran perawat , Wildan kembali menjelaskan pentingnya kekompakan dan kerjasama dokter dan perawat. Di ahir materinya Wildan menjelaskan bahwa perawat  bukan pembantu dokter, tapi perawat adalah patner dokter. Agar mencapai kesuksesan meningkatrkan kesehatan masyarakat, dokter dan perawat harus mampu kolaborasi  dengan baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline