Dunia Tak Seindah Harapan
Karya; Salwa Amalia Kaysan
Saat azan subuh bergema, Amel gegas melangkah ke halte. Di saat anak lain masih bergelung di balik selimut, dia harus berjuang untuk sampai ke sekolah.
Amel korban zonasi. Di PPDB dia tak berhasil mendaftar ke sekolah terdekat. Setiap hari, harus menempuh sekitar jarak 20 KM.
"Tidak apa-apa Ma, yang penting dapat sekolah negeri!" katanya menguatkan sang ibu yang sangat khawatir.
"Tiga tahun looh, Nak!" sahut Bu Yani dengan pasrah.
"Iya, tidak apa-apa! Kalau swasta, beban Mama akan lebih berat!" ujar Amel seraya memeluk.
Ibu Yani menarik napas berat. Dia mengusap punggung putri sulungnya itu dengan lembut.
"Maafkan Mama, Nak!" bisiknya lembut.
"Amel yang harusnya minta maaf!" ujar Amel bergetar.
"Eeh, anak Mama harus kuat!" kata Ibu Yani sambil mengelus rambut Amel, "Kita hadapi semua ini bersama. Selama kita saling dukung, kita akan berhasil melewati semua ini!" lanjut Ibu Yani.
Amel mengangguk dalam dekapan hangat ibunya. Amel merasakan dukungan kuat dari sang ibu, dalam membangun privilege diri.