Lihat ke Halaman Asli

salsa zahira

mahasiswa

Adaptasi Mahasiswa di Era New Normal

Diperbarui: 1 Oktober 2022   20:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Negara kita saat ini masih menghadapi pandemi Covid-19 yang memuncak pada Tahun 2020. Akibatnya pemerintah mengeluarkan kebijakan Work From Home (WFH) agar virus Covid-19 tidak menyebar secara cepat. Tanggapan dari sektor pendidikan adalah meliburakan semua kegiatan kampus termasuk pembelajaran dan beralih menjadi daring atau online. Tujuannya yakni menjalankan kebijakan selanjutnya yaitu social distancing dan fisical distancing untuk mengurangi penyebaran virus corona. (Syaharuddin, S. (2020).

Indonesia kini memasuki kehidupan baru atau new normal. New normal adalah kehidupan baru di mana masyarakat bisa melakukan aktivitas seperti biasa namun tetap memperhatikan protokol kesehatan seperti menggunakan masker, sering mencuci tangan, dan menjaga jarak. Di era new normal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (KEMENDIKBUD) juga mengeluarkan kebijakan terkait pelaksanaan tahun akademik baru, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penggunaan fasilitas atau layanan kampus.

Menyambut era new normal atau kehidupan baru dan masa transisi dari pembelajaran online ke offline membutuhkan banyak penyesuaian yang dapat menghadirkan hambatan atau rintangan bagi mahasiswa. Salah satu cara yang dapat mendorong mahasiswa untuk mengalami berbagai perubahan baik dalam aspek sosial, belajar, ekonomi, dan psikologis adalah dengan cara beradaptasi.

Pergeseran dari pembelajaran online (daring) ke pembelajaran offline (luring) cenderung berdampak negatif. Banyak sebagian mahasiswa mengalami culture shock akibat berbagai macam tipe mahasiswa dengan karakter kepribadian dan perbedaan budaya yang berbeda, mahasiswa lebih mementingkan diri sendiri (egosentrisme) yang membuat sebagian sulit untuk berteman, dan mahasiswa bisa mengalami mental breakdown karena susah beradaptasi.

Sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa kehadiran orang lain, kita sangat perlu menyingkirkan keegoisan batin kita dan sering berkomunikasi dan berinteraksi kepada orang lain, teman, tetangga atau kerabat, jika kita perlu menempatkan diri kita pada posisi mereka. Akan tiba saatnya kita harus mengerti apa yang orang lain rasakan dan bagaimana kesusahan yang dihadapi orang lain. Selain itu, mahasiswa bisa memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk beradaptasi dengan teman atau mencari informasi seputar dunia perkuliahan lewat media sosial. Dan bisa juga mengatasi permasalahan ini dengan cara Culture Adjutment Training yaitu bentuk latihan lintas budaya yang bisa membantu para mahasiswa yang mengalami culture shock untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya. Terdapat tiga domain dalam pelatihan Culture Adjustment Training yang kadang disingkat MUD, yaitu memory (daya ingat), understanding (pemahaman), dan doing (pelaksanaan) (Hesketh & Bochner, 1994).

New normal adalah kehidupan baru di mana masyarakat bisa melakukan aktivitas seperti biasa namun tetap memperhatikan protokol kesehatan seperti menggunakan masker, sering mencuci tangan, dan menjaga jarak. Mengingat pandemi Covid-19 yang sangat lama membuat keberanian sebagian mahasiswa menghilang. Maka dari itu, di era new normal ini mahasiswa diminta agar bisa beradaptasi dengan lingkungannya baik di kampus maupun disekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Syaharuddin, S. (2020). Menimbang Peran Teknologi dan Guru dalam Pembelajaran di Era COVID-19. Menimbang Peran Teknologi dan Guru dalam Pembelajaran di Era COVID-19.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline