Lihat ke Halaman Asli

Salsa Wilda Mahdiyah

Still trying to be an independent woman.

Body Shaming, Penilaian Berdasarkan Fisik

Diperbarui: 15 April 2022   20:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pernahkah Anda menjadi korban body shamming? Atau bahkan Anda sendiri yang melakukan body shamming? Body shamming adalah istilah yang merujuk pada kegiatan mengkritik dan mengomentari secara negatif fisik atas tubuh diri sendiri ataupun orang lain. Ketika seseorang melakukan body shamming bisa jadi hanya untuk sekadar candaan. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa tindakan tersebut berubah menjadi upaya untuk menjatuhkan bahkan menjelek-jelekkan orang lain.

Pandangan bahwa body shamming itu mengkhawatirkan sampai masuk ke perbuatan buruk bisa saja banyak yang menyetujui, atau justru membantah. Semua tergantung pada komunitas, kedekatan, dan motif di balik ungkapan tersebut. Ada yang dipanggil si gendut, si kerempeng, kepala batu, si pincang, dan lain-lain. Istilah itu melekat pada mereka karena yang bersangkutan memang mengidentikkan diri atau diidentikkan orang lain. Istilah-istilah tersebut sangat jelas berkaitan dengan kondisi fisik seseorang.

Permasalahan bernegara juga tidak lepas dari penilaian fisik. Pembangunan jalan, gedung, bangunan-bangunan penting, atau fasilitas publik, semuanya dapat kita nilai secara fisik bukan? Mungkin bukan yang kita nilai, tapi yang kita pikirkan begitu melihat suatu objek fisik. Jujur saja, ada yang menikmati body shamming sebagai hiburan. Cara penyampaiannya pun beragam. Tergantung bagaimana kita memaknai dan melihat konteks di mana ungkapan-ungkapan yang berbagi "body shamming" itu diungkapkan.

Sekali lagi, body shamming itu banyak yang berkaitan dengan sesuatu yang fisik. Penampakan fisik yang dapat diindera manusia. Contoh sederhananya adalah bentuk tubuh, pakaian, gerakan, warna rambut, atau hal lain yang melekat pada manusia. Itu semua termasuk ke dalam objek kajian body shamming. Tetapi kita semua tahu, bahwa penilaian masing-masing orang terhadap suatu hal, tidak dapat kita cegah dan hakimi.

Sumber: Nurudin. 2020. Agama Saya Adalah Uang. Malang: Intrans Publishing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline