Lihat ke Halaman Asli

Boneka Salju

Diperbarui: 21 November 2024   14:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sore itu salju turun di kota Seoul, Korea Selatan membuat suhu menjadi dingin. Dan di sebuah rumah terlihat keluarga kecil yang terdiri dari ibu, ayah dan dua anak laki-laki yang umurnya hanya berselisih 3 tahun, mereka terlihat sedang mengemas sesuatu, terlihat mereka mengemas perlengkapan untuk berkemah. Si kakak yang berusia 12 tahun itu sedang memakai sarung tangan hangat, adiknya yang berusia 9 tahun menghampirinya. "Kak aku udah gak sabar pengen cepat ke sana, nanti kita bikin boneka salju yuk." Tegurnya. "yuk, kakak juga udah gak sabar." Balas si kakak.

Selesai berkemas mereka bersiap siap untuk berangkat, mereka berangkat dengan mobil Campervan, mobil yang cocok untuk berkemah. Rencananya mereka akan berkemah selama    3 hari di hutan yang memang tempat untuk berkemah, namun jarang orang pergi ke sana, karena terkenal dengan tempat yang angker. 1 tahun yang lalu pernah ada orang yang hilang di sana ketika sedang berkemah tetapi sampai sekarang belum di temukan, jasadnya pun tidak di temukan.


Saat di perjalanan "ayah masih jauh gak?" si adik berbicara. "bentar lagi sampai dek sabar yaa?" balas si ayah. Si adek pun tersenyum kegirangan, ia sangat tak sabar ingin cepat sampai kesana. Ini adalah keinginannya yang sekian lama ia meminta untuk berkemah di musim salju, dan akhirnya sekaranglah waktunya. Ia sudah membayangkan betapa akan serunya perkemahan ini, ia bisa membuat boneka salju dan bermain salju dengan kakaknya, dan jangan lupa dengan bakar bakaran di tengah turunnya salju, memang agak aneh berkemah di tengah turunnya salju tetapi itu sudah biasa orang lakukan di sana.


Untuk mengisi kebosanan si kakak mengajak si adik untuk bermain. "dek main batu, gunting, kertas yuk!"  " ayoo kak!" balas si adik dengan semangat. Di tengah-tengah mereka bermain tiba-tiba terdengar suara berita dari radio "pemirsa pada sore hari ini pukul 16.45 di perkirakan akan ada badai salju dengan kecepatan angin 55 km (34 mil) per jam, bagi masyarakat di luar sana harap berhati-hati tetap jaga keamanan. kami dari STV mengabarkan."
"yah gimana ini mau ada badai, apa kita pulang aja?" ucap si ibu. "gamau,  mau tetep pergi ke sana". Si adik sambil merengek. "yaudah kita lanjut aja dulu, badainya juga gak terlalu besar, si adek juga udah lama pengen kesana kan??". Ucap si ayah untuk menenangkan anaknya yang berusia 9 tahun itu. Agar si adik gak merengek lagi si kakak ajak si adik main lagi.


Sementara di sisi lain, di rumah yang tempat nya tidak terlalu jauh dari tempat perkemahan itu ada sepasang suami istri yang tinggal di sana. Si istri yang sedang mengandung 6 bulan itu terlihat sedang mengelus ngelus perutnya sambil mendengarkan musik yang di peruntukkan untuk ibu hamil, di samping nya ada suaminya yang menemaninya. "pah nanti anak kita cewe apa cowo ya??" kata si istri. "mau cewe atau cowo itu gak masalah yang penting nanti anak kita sehat" ucap si suami sambil mengelus ngelus perut istrinya, dan di balas senyuman manis dari istrinya. "Pah kayanya aku lagi ngidam kue deh, kayanya si adek mau kue strawberry tapi aku ikut belinya". Si istri sambil menatap sang suami. "boleh sayangg yokk kita siap-siap berangkat". Dan di balas anggukan oleh sang istri.


Di tengah perjalanan ke toko kue mereka bertemu dengan sekeluarga yang tampaknya akan pergi berkemah mereka tampak sedang kebingungan si suami itu pun menegur dengan niat ingin membantu nya "pak, bu mau kemana??".  " ini mau ke tempat perkemahan pak tapi saya bingung arahnya kemana". Ucap nya berharap mereka bisa membantunnya. "ohh ke perkemahan pak, bapak tinggal lurus aja nanti ketemu belokan nah belok kekiri terus lurus aja, di sana pak". Ucap si suami dengan ramah. "ohh kalau begitu terimakasih ya pak." Si ayah berterima kasih. Setelah itu pun sepasang suami istri itu melanjutkan perjalanan ke toko cake, begitupun juga keluarga itu pun melanjutkan perjalanan ke arah yang di arahkan bapak tadi.


Di tempat keluarga yang mau berkemah, mereka sudah sampai di tempat tujuan, si adek tidak sabar sampai melompat kegirangan dari mobil yang membuat ibu dan ayah menegurnya agar berhati-hati. Mereka pun bersiap siap untuk membereskan tempat untuk tidur dan tempat untuk makan dan tak lupa dengan perapian untuk nanti bakar bakar, mereka memakai perapian elektronik yang di gunakan untuk situasi dingin.


Si adek dan kakak sedang bermain salju, mereka melempar lempar salju serta membuat boneka salju, si ibu nampak nya ingin pergi ke toilet ia meminta si ayah untuk mengantarnya. Di tempat itu memang sudah di sediakan toilet nya, sementara mereka pergi ke toilet mereka berpesan kepada si kakak untuk menjaga adik nya dan selalu berhati hati karena sebentar lagi badai salju akan datang, meskipun itu tidak terlalu besar tetapi akan tetap bahaya untuk anak kecil.


Sementara itu di sana terlihat seorang pria yang mencurigakan, ia memakai jaket hitam, memakai sarung tangan dan masker, gelagatnya mencurigakan ia melihat gerak gerik ibu dan ayah yang menuju toilet. Dari balik pohon ia menyeringai, dan ia mulai mengikuti si ibu dan ayah. Si ibu dan ayah sudah sampai di toilet dan ayah meminta ibu cepat masuk dan si ayah akan menunggu di luar, si ibu pun mengangguk dan masuk ke kamar toilet.


Setelah selesai menyelesaikan urusannya ibu keluar dan di sana ia tidak melihat si ayah entah kemana perginya si ayah, ia pun meneriaki si ayah "yah, yah di mana??, ibu udah selesai ayo balik lagi, kasian anak-anak." Tetapi tidak ada suara yang membalasnya. Si ibu berpikir mungkin ayah udah balik duluan, ia pun kembali kesana sambil mencari si ayah siapa tau ia menemukannya di jalan kembali ke mobil.

Tetapi belum si ibu sampai ke mobil ia melihat seperti sarung tangan yang di pakai si ayah, sarung tangan itu ada bercak darahnya dan terlihat di hamparan salju yang tebal seperti ada darah yang terseret  si ibu pun mengikuti arah darah itu dengan hati yang gelisah dan khawatir. Ia sambil bermohon di dalam hati agar apa yang di pikirannya tidak terjadi, namun pikiran si ibu benar di sana terlihat si ayah yang telah bersimbah darah ia seperti telah di tusuk berkali kali, si ibu pun teriak histeris dan menangis sambil mengguncang tubuh si ayah yang sudah tak berdaya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline