Lihat ke Halaman Asli

Salsa Nabila

Universitas Muhammadiyah Jakarta

Kandungan Q.S An-Nahl (126): Keadilan dalam Pembalasan

Diperbarui: 5 Juli 2024   08:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Doc.Detikcom

Kandungan Q.S An-Nahl ayat (126) yang dapat menjadi sebuah pembelajaran untuk kita mengenai, keadilan dalam pembalasan dan pengendalian diri. Maka itu, dari ayat inilah kita dapat menyimpulkannya. 

Q.S An-Nahl adalah surah ke-16 didalam Al-Qur'an yang terdiri dari 128 ayat dan tergolong surah Makkiyah. 


Artinya: Jika kamu membalas, balaslah dengan (balasan) yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Sungguh, jika kamu bersabar, hal itu benar-benar lebih baik bagi orang-orang yang sabar

Surat An-Nahl ayat (126) menjelaskan mengenai cara pemberian balasan atau hukuman, harus dilakukan dengan kebijaksanaan dan seadil mungkin, tidak lebih dan tidak kurang.  

Dalam kisah dari Sayyidina Hamzah merupakan contoh yang relevan dengan Q.S An --Nahl (126) in.  Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Nabi Muhammad SAW, adalah salah satu sahabat yang sangat berani dan berpengaruh dalam Islam. Dia gugur sebagai syahid dalam Perang Uhud yang terjadi pada tahun ketiga Hijriyah. Perang Uhud adalah pertempuran besar antara kaum Muslimin Madinah dan kaum Quraisy Mekkah. Dalam pertempuran ini, Hamzah dikenal karena keberaniannya yang luar biasa dan keterampilannya dalam bertempur. Namun, dalam peperangan ini juga, Hindun binti Utbah, istri Abu Sufyan, merencanakan untuk membalas dendam atas kematian ayahnya, paman, dan saudara laki-lakinya yang terbunuh dalam Perang Badar oleh pasukan Muslim. Untuk melaksanakan rencananya, Hindun menyewa seorang budak Habasyi bernama Wahsyi bin Harb, seorang ahli tombak yang terampil. Hindun menjanjikan kebebasan kepada Wahsyi jika dia berhasil membunuh Hamzah. Dalam pertempuran, Wahsyi mengamati pergerakan Hamzah dan menunggu kesempatan untuk menyerang. Akhirnya, dia menemukan celah dan melemparkan tombaknya dengan tepat, menembus tubuh Hamzah dan menyebabkan kematiannya.

Kematian Hamzah merupakan kehilangan besar bagi kaum Muslimin, terutama bagi Nabi Muhammad SAW yang sangat mencintai pamannya itu. Hamzah dikenal sebagai "Asadullah" (Singa Allah) dan "Sayyid Asy-Syuhada" (Pemimpin Para Syuhada) karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela Islam. Setelah pertempuran, Nabi Muhammad SAW sangat berduka atas kematian Hamzah dan mendoakannya dengan penuh haru.

Ayat ini mengandung pesan mendalam tentang keadilan dan kesabaran dalam menghadapi perlakuan yang tidak adil. Prinsip ini menegaskan pentingnya keadilan dalam Islam, di mana balasan yang diberikan tidak boleh melebihi apa yang diterima, mencerminkan keseimbangan dan kesetaraan dalam perlakuan. Namun, lebih dari sekadar membolehkan pembalasan yang setimpal, ayat ini juga mendorong umat Islam untuk memilih kesabaran sebagai jalan yang lebih utama. Kesabaran dalam menghadapi perlakuan buruk menunjukkan kedewasaan spiritual dan kekuatan batin yang luar biasa. Allah menekankan bahwa kesabaran adalah pilihan yang lebih baik dan lebih mulia, karena orang yang bersabar tidak hanya mengendalikan emosinya tetapi juga mengangkat derajat moralnya. Kesabaran adalah salah satu sifat yang sangat dihargai dalam Islam, dan menunjukkan bahwa seseorang mampu mengendalikan diri dan merespons dengan kebijaksanaan daripada kemarahan atau dendam.

Dalam ayat ini juga mengajarkan umat Islam tentang pentingnya pengendalian diri dan etika yang tinggi dalam semua aspek kehidupan. Dalam situasi yang sulit dan penuh tekanan, memilih untuk bersabar dan tidak membalas dengan kekerasan atau kemarahan menunjukkan karakter yang kuat dan komitmen terhadap prinsip-prinsip moral yang diajarkan oleh Islam.

 





BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline