Semarang (06/08/2021) -- Sudah lebih dari setahun pandemi COVID-19 menyerang dunia, termasuk Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencegah penyebaran COVID-19, salah satunya adalah dengan membatasi aktivitas masyarakat diluar rumah. Namun, pembatasan ini memberikan dampak signifikan pada para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Padahal UMKM ini merupakan kontributor perekonomian Indonesia terbesar dan krusial secara makro.
"Selama pandemi ini modal usaha anak saya habis, Mbak. Makanya anak saya ikut bantuan dana UMKM dari pemerintah. Tapi kami merasa prosesnya dipersulit." -- Keluh Ibu Karomah, salah satu warga di RW 01 RT 03 Kelurahan Meteseh, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang.
Perlu suatu cara agar para pelaku UMKM ini dapat bertahan di masa pandemi, salah satunya adalah dengan memiliki pengelolaan keuangan yang baik, sehingga keadaan keuangan usaha dapat dipantau dan strategi usaha kedepannya juga dapat dirancang. Pengelolaan keuangan ini dilakukan dengan membuat suatu pembukuan sederhana.
Namun, belum semua pelaku UMKM memiliki pembukuan. Berbagai alasan mereka sampaikan, diantaranya masih belum paham akan pentingnya pembukuan dan prosesnya yang dirasa merepotkan.
Mengetahui hal ini, Salsabila Shidqi Khairani yang merupakan Mahasiswi Akuntansi Universitas Diponegoro, melalui pelaksanaan kegiatan KKN, terdorong untuk meningkatkan kesejahteraan pelaku UMKM dengan melakukan Edukasi Pembukuan Sederhana bagi Pelaku UMKM di RW 01 Kelurahan Meteseh, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang.
Edukasi ini dilakukan mahasiswi ini secara tatap muka dengan para pelaku UMKM setempat di Balai RW 01 Kelurahan Meteseh pada hari Kamis, 5 Agustus 2021.
Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan berpedoman pada Booklet yang berisi manfaat pembukuan untuk UMKM serta tata cara melakukan pembukuan sederhana baik itu secara manual maupun secara online dengan menggunakan aplikasi BukuKas. Aplikasi BukuKas ini dipilih karena dirasa memiliki fitur yang cukup lengkap dan mudah untuk digunakan.