Karen's Dinner, nama restaurant yang sudah tidak asing di telinga ini mulai hadir di Jakarta pada 15 Desember 2022. Dikenal sebagai restaurant yang cukup viral karena memiliki gaya unik dalam melayani pelanggan pasalnya slogan 'pelanggan adalah raja' tak berlaku disini, pelayannya melayani dengan raut muka cemberut dan melayangkan kata-kata memaki kepada tamu yang datang.
Selain pelayanannya yang unik desain interiornya pun dinilai klasik lengkap dengan sofa dan meja kotak-kotak ala amerika yang kerap kali dilihat di film-film amerika, mengusung tema 1950-an Karen's Dinner dirancang agar semua orang bersenang-senang dan bisa menikmati sesuatu yang belum pernah dialami sebelumnya.
Ungkapan Karen sendiri diambil dari ungkapan inggris yang mendekskripsikan kalangan wanita paruh baya yang memiliki sifat yang ingin selalu diistimewakan dan kerap kali marah-marah seakan dirinya paling benar.
Namun dibalik viralnya Karen's Dinner banyak juga kritik yang berdatangan sebab konsep pelayanan dari restaurant ini. Konsep ini dinilai kelewatan batas alih-alih mendapatkan pengalaman menyenangkan yang belum pernah dialami sebelumnya justru dinilai banyak gimmick marah-marah ketimbang menyenangkannya. Dengan sikap jutek, dan bebas memarahi pelanggan pelayan karen's dinner juga suka melempar makanan alih-alih memberikan pesanan.
Meski demikian, restaurant ini tetap banyak pelanggan yang ingin mencoba sensasi mendapat pelayanan yang menyebalkan. Berikut perencanaan PR dalam menghadapi krisis branding:
- Memanfatkan Media Digital, Dengan memanfaatkan media social dan menargetkan target Gen Z, konsep ini "cancel culture ini " memantik rasa penasaran para target audiens. Target audiens anak-anak muda/millennials ini sangat aktif bermedia social sehingga Karen's Dinner langsung membranding strategy ke social media yang membuat meledak media social. Melihat betapa serunya konsep Karen's Dinner sudah jelas banyak dari anak muda yang ingin mencoba sensasinya langsung.
- Memakai konsep AIDA, Sebelum menggunakan metode AIDA kita juga harus mengkategotikan target audiens dari beberapa segi: Geographic, Demographic, Psychoraphic & Behavioral dan lanjut menggunakan metode AIDA pada strategy branding.Menggunakan metode ini dalam social media dengan konsisten membuat branding sudah pasti development.
- AIDA dalam konsep ini sendiri adalah Attention dengan konsep pelayanan yang jutek dan galak yang masih viral hingga sekarang di social media menarik perhatian para khalayak, Interest dengan mengusung konsep 1950-an, interior klasik, furniture, baju seragam, hingga pelayanannya yang unik menarik minat para food vlogger hingga artist-artist papan atas, Desire sudah pasti orang-orang yang melihat memiliki hasrat yang besar untuk mencicipi sensasi seru dan view yang menarik dalam restaurant yang belum pernah dialami sebelumnya, Action strategi ini berjalan dengan lancar sehingga dampak dari viralnya restaurant ini banyak pelanggan yang berkunjung untuk mendapat experience hingga cosplay menjadi karen juga.
- Operasional yang Kuat, Selain memiliki brand activation dan social media marketing yang bagus, Karen's Dinner juga memiliki sistem manajemen yang tertata rapi demi memastikan konsistensi brand. Misalnya, dalam pemilihan waiter dan waitress, tidak hanya kemampuan serving yang dinilai, tapi juga kemampuan acting bak sebuah audisi film!, memang dari segi operasional harus mengeluarkan effort ekstra dibandingkan gerai burger lainnya. Tapi kebutuhan ini WAJIB dilakukan supaya standard itu terjaga.
- Konsisten, Karen's Diner selalu konsisten memberikan experience yang sama di seluruh gerainya. Mulai dari interior design, menu makanan signature, hingga pelayanan kasar dari staff -- semuanya konsisten diterapkan di seluruh gerai Karen's Diner. Sampai-sampai, seorang pengamat F&B market menulis betapa besar komitmen Karen's Diner untuk benar-benar tidak mempedulikan customer. Apalagi, Karen's Diner telah menjadi sebuah franchise global. Konsistensi ini harus semakin dipertahankan oleh main business owner supaya nama brand tidak tercemar. Bayangkan saja, bagaimana jadinya kalau ada review yang bilang kalau ada pegawai baik di Karen's Diner? Atau ada review yang merasa nggak dapet vibe 1950s American Diner di sana? Yang ada nama dan identitas brand akhirnya tercoreng dan mempengaruhi investor franchise lainnya. Oleh karena itu, semua aspek branding Karen's Diner dibuat sama dan konsisten terus. Mulai dari interior, furniture, hingga seragam waiter pun dibuat konsisten. Semua elemen-elemen ini dimasukkan dalam 1 manual atau playbook -- atau yang biasa disebut oleh creative agency sebagai Brand Guideline.
- Resiko, Setelah marketing bertugas untuk menarik audiens yang datang untuk memastikan customer puas selanjutnya keputusan customer mau datang lagi atau tidak. Untuk itu banyak yang merasa tidak cocok namun banyak juga yang merasa mengasyikan dan pelayananya tergantung kepada cara kostumer dalam menanggapi.
- Dalam Karen's Dinner sendiri banyak kontroversi yang terjadi baik masalah internal maupun eksternal dalam masalah internal sendiri karyawan merasa kurangn nyaman dengan sikap customer yang memaksa foto hingga keingin tahuan ke jenjang yang privasi untuk karyawan memberikan batasan-batasan tertentu untuk pelanggan dalam masalah eksternal tentu saja Karen's Dinner banjir kritikan mengenai pelayanannya tetapi hal ini bisa diatasi dengan lebih banyaknya antusiasme orang yang ingin mencoba sensasi dilayani dengan judes atau jutek.
- Apalagi banyak sekali yang datang ke restaurant ini dan membuat content TikTok sehingga membuat para artis tersebut tertarik ke restaurant itu, contohnya seperti artis Varrel Bramastah, Fuji An, Lucinta Luna, Eriska Rein, para pemuka agama, Nathalie Holscher, TikToker hingga youtuber lainnya yang terkenal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H