Junk food? Apa itu?
Dalam kehidupan sehari-hari, junk food sudah menjadi bagian dari gaya hidup manusia pada masa kini. Misalnya saja pada masa kini, banyak orang suka mengonsumsi minuman bersoda, gorengan, makanan instan, burger, pizza, pasta, dan lain-lain. Junk food adalah makanan yang mengandung banyak gula, garam, dan lemak, tetapi mengandung sedikit nutrisi, vitamin, dan mineral. Itulah alasan mengapa junk food disebut makanan yang tidak sehat, terlebih jika kita mengonsumsi terlalu banyak.
Dari tahun ke tahun, jenis-jenis junk food semakin banyak akibat pengaruh westernisasi, yaitu makanan dari luar negeri diperkenalkan di Indonesia dan disesuaikan dengan selera masyarakatnya. Di Indonesia, junk food menjadi makanan yang sangat digemari oleh masyarakat, khususnya para remaja karena mudah didapat, dikemas dan diiklankan dengan menarik, serta rasanya enak.
Mengonsumsi junk food membawa dampak buruk bagi kesehatan karena banyak mengandung gula, garam, dan lemak (GGL) yang tinggi. Di Indonesia sendiri, menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terdapat sekitar 28,7% masyarakat Indonesia mengonsumsi GGL yang melebihi batas yang dianjurkan dalam Permenkes 63/2015. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, sekitar 61,27% penduduk usia 3 tahun ke atas di Indonesia mengonsumsi minuman manis lebih dari 1 kali per hari dan 30,22% orang mengonsumsi minuman manis sebanyak 1-6 kali per minggu. Sebaliknya, sekitar 8,51%, orang mengonsumsi minuman manis kurang dari 3 kali per bulan. Bukankah ini mengkhawatirkan?
Apa Saja Dampak dari Junk Food Bagi Kesehatan Kita?
Mengonsumsi junk food dalam jumlah banyak dapat mengganggu keseimbangan metabolisme tubuh. Sebagian besar kalori dalam junk food berasal dari gula olahan dan lemak. Secara tidak langsung, terlalu banyak mengonsumsi gula dapat menimbulkan masalah jantung karena adanya penumpukan lemak yang besar. Jantung memetabolisme gula, mengubah karbohidrat makanan menjadi lemak, dan pada akhirnya dapat memicu penyakit jantung koroner serta menjadi kontributor diabetes. Konsumsi gula berlebih juga berkontribusi terhadap kenaikan berat badan dengan mematikan sistem pengatur nafsu makan. Tidak seperti kalori dari makanan padat, kalori dari pemanis buatan hanya memberikan rasa kenyang yang sementara dan juga menyebabkan naiknya gula darah secara cepat sehingga menyebabkan obesitas.
Selain itu, lemak jenuh yang berlebihan dalam junk food dapat memicu peradangan kronis, meningkatkan risiko penyakit jantung, kolesterol, dan mengganggu fungsi hati. Kandungan kolesterol yang tinggi pada junk food dapat menyebabkan pembentukan plak dan menyempitkan arteri sehingga dapat menimbulkan efek jangka panjang seperti penegangan otot jantung sehingga pada akhirnya bisa rusak. Tidak hanya itu, kandungan garam yang berlebihan pada junk food juga dapat mengganggu fungsi organ tubuh. Meskipun tubuh memerlukan natrium dalam jumlah tertentu, konsumsi berlebihan dapat memicu tekanan darah tinggi dan pembengkakan akibat penumpukkan cairan yang berlebihan pada seseorang dengan gagal jantung, kerusakan hati, penyakit ginjal, dan meningkatkan risiko hipertensi. Mengonsumsi junk food dapat membawa dampak negatif karena mengonsumsi nutrisi esensial seperti vitamin, protein, dan serat dalam jumlah yang kurang. Meskipun dapat memberikan rasa kenyang, pada akhirnya tubuh merasa lelah dan tidak bertenaga.
Bagaimana Cara Kita Membatasi Konsumsi Junk Food?
Setelah membaca bacaan di atas, yakin masih mau makan junk food terus-terusan? Jangan, ya, Dek, ya. Junk food memang enak, tapi akan berisiko buruk ke tubuh jika dikonsumsi berlebihan. Supaya tidak berlebihan, simak penjelasan di bawah ini, yuk!
World Health Organization (WHO) merekomendasikan batas maksimal asupan natrium adalah 5 gram garam per hari atau setara dengan satu sendok teh untuk orang dewasa. Selain itu, direkomendasikan pula untuk mengonsumsi garam beryodium. Ada beberapa langkah awal yang bisa kita ambil untuk mengurangi konsumsi garam, yaitu dengan cara:
Mengurangi camilan yang mengandung tinggi garam.