Lihat ke Halaman Asli

ILMPI WILAYAH IV

Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia Wilayah Yogyakarta

Politica Era: "Menilik Kepribadian, Opini, dan Medsos. Bagaimana Perilaku Politik antara Gen Z & Milenial?"

Diperbarui: 21 Oktober 2023   20:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Poster by Salsabilla N.W

Di tengah gejolak politik yang tak henti-hentinya mengguncang dunia, para pemimpin masa depan Indonesia yaitu Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Prabowo Subianto berkumpul di Graha Sabha Pramana UGM (19/09/2023) untuk berbicara tentang gagasan politik yang unik, tak terduga, dan sangat signifikan dalam politika masa kini. Dalam forum yang penuh semangat kemarin, pemuda dan pemudi dari dua generasi yang sering disebut sebagai "Generasi Z" dan "Milenial" hadir untuk berbagi gagasan, pandangan, serta pengalaman mereka mengenai politik. Ada sebuah perubahan mendalam yang terus menggebrak panggung politik Generasi Z dan Milenial yang tampil di tengah sorotan. Mereka adalah pionir dalam politika era baru yang dirangsang oleh teknologi, identitas, dan komunikasi daring. Dengan kepribadian, opini yang terdiversifikasi, dan media sosial sebagai senjata utama, generasi muda ini sedang meretakkan tembok politik konvensional. 

Melalui pembahasan kali ini, kita akan menilik ke dalam perilaku politik secara psikologis yang digerakkan oleh Gen Z dan Milenial, membedah perilaku mereka yang mungkin membingungkan bagi generasi sebelumnya, dan merenungi dampaknya yang tak terhindarkan dengan membuka tirai politika era baru yang tengah berkembang pesat.

Before Discussion, Mari Memahami Bagaimana Politik dalam Pandangan Psikologi

Poster by Salsabilla N.W

Politik dalam ranah psikologi melibatkan analisis tentang bagaimana individu dan kelompok manusia berinteraksi, membuat keputusan, serta terlibat dalam proses politik. Hal ini mencakup pemahaman tentang bagaimana faktor-faktor psikologis seperti nilai-nilai, persepsi, emosi, dan motivasi mempengaruhi sikap, keyakinan, dan perilaku politik. Psikologi politik berusaha menjelaskan mengapa orang memilih pemimpin tertentu, mengambil posisi politik tertentu, dan berpartisipasi dalam sistem politik. Faktor politik memegang peranan sentral dalam pemilihan pemilih. Pemilih biasanya memilih kandidat atau partai yang mempunyai pandangan dan agenda politik yang selaras dengan nilai dan kepentingannya. Misalnya, pemilih yang  peduli terhadap isu lingkungan hidup kemungkinan besar akan  memilih kandidat yang menekankan kebijakan pro lingkungan hidup. Oleh karena itu, dalam perilaku pemilu, politik menuntut pemilih untuk memahami isu-isu penting politik dan mampu mengevaluasi sikap kandidat dan partai politik terhadap isu-isu tersebut.

Dalam kajian tentang hubungan antara kepribadian dan perilaku politik, terdapat berbagai teori yang membantu kita memahami bagaimana karakteristik kepribadian individu dapat memengaruhi cara mereka berpartisipasi dalam aktivitas politik dan mengambil keputusan politik. Teori kepribadian Big Five mengidentifikasi lima dimensi utama kepribadian, yaitu neurotisisme, stabilitas emosi, keterbukaan, keintiman, dan kehati-hatian. Teori ini telah digunakan untuk menjelaskan bagaimana ciri-ciri kepribadian ini memengaruhi perilaku politik. Misalnya, individu dengan tingkat neurotisisme yang tinggi cenderung lebih cemas dan emosinya tidak stabil, sehingga mereka mungkin lebih mendukung kebijakan yang memberikan keamanan dan stabilitas keuangan. 

Adapun teori mengenai kepribadian yang otoriter dengan preferensi politik yang mendukung otoritarianisme dan kontrol yang ketat. Orang dengan kepribadian otoriter cenderung mendukung pemerintahan yang kuat dan tindakan tegas dalam politik. Mereka mungkin lebih suka otoritas yang memberlakukan aturan yang kaku dan menekankan disiplin. Kemudian jika ditinjau secara kognitif dan emosional yang membedakan individu berdasarkan bagaimana mereka mengolah informasi politik, dengan individu kognitif lebih cenderung mencari pemahaman yang mendalam, sementara individu emosional lebih dipengaruhi oleh pesan-pesan yang menarik emosinya. 

Terakhir, teori identifikasi politik menyoroti peran identitas politik dalam membentuk perilaku politik individu, di mana identitas politik dapat menjadi bagian integral dari identitas kepribadian seseorang. Namun, penting untuk diingat bahwa faktor-faktor lain seperti latar belakang sosial, pengalaman hidup, dan konteks politik juga memainkan peran penting dalam membentuk perilaku politik individu, dan pengaruh kepribadian dapat bervariasi di antara individu, menjadikan hubungan antara kepribadian dan perilaku politik sebagai bidang yang kompleks dan menarik untuk dikaji lebih lanjut.

Lalu, Apa yang Membuat Perbedaan Warna antara Perilaku Politik Gen-Z dan Milenial?

Poster by Salsabilla N.W

Generasi Z atau iGen adalah kelompok individu yang lahir di era pertengahan 1990-an hingga pertengahan 2000-an. Mereka tumbuh dalam era digital yang terkoneksi penuh dengan akses internet dan media sosial. Kepribadian Gen Z mencakup independensi, keterampilan teknologi, dan inklusivitas tinggi. Mereka aktif dalam aktivisme sosial, tetapi juga terpengaruh oleh dampak media sosial. Di sisi lain Generasi Milenial atau Gen Y yang terlahir antara awal 1980-an hingga pertengahan 1990-an. Mereka dikenal sebagai individu mandiri, kreatif, dan ambisius. Milenial menganut nilai inklusivitas, kesadaran lingkungan, dan pentingnya keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan. Mereka juga memainkan peran kunci dalam perubahan budaya, kemajuan teknologi, dan perkembangan pasar kerja.

Generasi Z yang dikenal sebagai digital natives, tumbuh dalam era teknologi digital yang berkembang pesat. Mereka lebih terhubung secara online dan memiliki akses mudah ke berita dan informasi politik. Aktivisme sosial, terutama di sektor lingkungan dan isu-isu sosial, telah menjadi ciri khas Generasi Z. Mereka sering mencari pemimpin politik yang mendukung nilai-nilai sosial yang mereka pegang, seperti keberagaman dan keadilan sosial. Dengan tingginya keragaman dalam kelompok ini, representasi yang inklusif dalam politik sangat penting. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline