Lihat ke Halaman Asli

ILMPI WILAYAH IV

Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia Wilayah Yogyakarta

Cinta Tapi Sakit! Waspada Gangguan Psikologis Akibat Patah Hati

Diperbarui: 12 Agustus 2023   19:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kertas berbentuk hati yang patah (https://www.pexels.com/id-id/foto/orang-yang-memegang-hati-berbentuk-hati-merah-5874709/)

Pernahkah Anda mengalami perasaan getaran hati saat jatuh cinta, namun kemudian menghadapi kesedihan mendalam saat hubungan tersebut berakhir? Patah hati tidak hanya berdampak pada fisik saja yang bisa sembuh dengan obat-obatan, tetapi juga melibatkan aspek psikologis yang sangat kompleks. Terkadang, kita bisa terjebak dalam perasaan bingung dan hampa, yang dapat berdampak serius pada kesehatan mental kita.

Dalam perjalanan cinta, banyak dari kita yang pernah merasakan rasa sakit yang sangat mendalam ketika hubungan tidak sesuai harapan. Namun, perlu diketahui bahwa patah hati sebenarnya dapat menjadi pintu masuk menuju berbagai gangguan psikologis yang serius. Rasa sakit dan kehilangan yang mendalam bisa menimbulkan dampak jangka panjang, mengganggu keseimbangan emosi, dan bahkan mengganggu produktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, penting untuk menggali lebih dalam tentang dampak psikologis dari patah hati yang sering kali diabaikan.

Pandangan Tokoh Psikologi

Seorang psikolog melakukan intervensi terhadap kliennya (https://www.pexels.com/id-id/foto/buku-catatan-kantor-perempuan-tidak-berwajah-7176319/)

Menurut teori psikologi interpersonal yang dikemukakan oleh Harry Stack Sullivan, hubungan antar pribadi yang positif dan mendukung memiliki dampak positif terhadap kesejahteraan psikologis seseorang. Oleh karena itu, saat hubungan tersebut berakhir atau mengalami masalah, individu mungkin merasa terancam, cemas, atau merasa emosional tidak aman. Patah hati akibat berakhirnya hubungan cinta juga menyebabkan individu menghadapi perasaan kehilangan yang sangat dalam dan seringkali mengalami kesulitan dalam mengatasi perubahan tersebut.

Menurut pandangan Karen Horney, neurosis dapat terjadi ketika ada ketidaksesuaian antara aspek internal dan eksternal dalam diri seseorang. Sehingga, ketika mengalami patah hati, peristiwa eksternal seperti ini dapat menyebabkan perasaan internal yang kuat dan konflik emosional. Individu mungkin mengalami konflik antara keinginan untuk mempertahankan hubungan dengan pasangan yang telah berakhir dan kebutuhan untuk bergerak maju dan menerima kenyataan. 

Tegangan antara harapan dan realitas ini bisa menyebabkan perasaan cemas, ketidakpuasan terhadap diri sendiri, dan perasaan tidak berharga. Setelah patah hati, seseorang menggunakan mekanisme pertahanan seperti penyangkalan, penghindaran, atau pemisahan diri dari perasaan emosional sebagai cara untuk menghadapi rasa sakit yang disebabkan oleh patah hati.

Peran Amygdala dalam Proses Emosi

Ilustrasi otak yang terdapat amygdala (https://www.pexels.com/id-id/foto/makanan-piring-sehat-seni-15410078/)

Amygdala merupakan bagian dari otak yang memiliki peran penting dalam mengatur emosi, terutama dalam merespons perasaan takut dan stres. Bagian ini juga terlibat dalam memproses emosi yang timbul akibat patah hati. Saat mengalami patah hati, perasaan sedih, kehilangan, dan kekecewaan yang mendalam bisa memicu reaksi emosional yang kuat dalam amygdala

Aktivitas amygdala meningkat dan menyebabkan pelepasan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin, yang kemudian dapat meningkatkan perasaan gelisah, cemas, atau terancam. Respon amygdala terhadap patah hati juga dapat mempengaruhi persepsi dan interpretasi seseorang terhadap situasi sosial dan hubungan. Jika amygdala terlalu aktif, seseorang mungkin lebih rentan terhadap perasaan cemas atau khawatir tentang kemungkinan patah hati berulang, atau mengalami kesulitan dalam membentuk hubungan sosial baru.

Namun, meskipun amygdala memiliki peran signifikan dalam mengatur emosi, pikiran rasional dan pemahaman psikologis juga berperan penting dalam cara seseorang menghadapi patah hati. Dalam proses pemulihan, individu dapat mengembangkan strategi koping yang lebih sehat dan memahami perasaan mereka dengan lebih baik melalui dukungan sosial, terapi psikologis, dan perhatian pada kesehatan mental secara keseluruhan. Dengan dukungan dan pemahaman yang tepat, seseorang dapat belajar untuk mengelola emosi mereka dengan lebih efektif dan menghadapi patah hati dengan lebih baik.

Menimbulkan Depresi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline