Apa sih bonus demografi 2045 itu?
Yang di maksud dengan bonus demografi 2045 adalah periode dimana kondisi sebuah negara dipenuhi dengan jumlah penduduk produktif lebih banyak dari pada jumlah penduduk tidak produktif. Yang mana pada preode ini akan menjadi peluang besar bagi indonesia untuk meningkatkan perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
Jumlah penduduk produktif yang tinggi memberikan potensi yang luar biasa pada produktivitas nasional. dengan demikian diperlukan perencanaan strategi yang benar-benar tepat dan matang terutama dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.
Pada tahap inilah lembaga pendidikan termasuk pesantren berperan penting dalam menghadapi transpormasinya dalam menyongsong periode Bonus Demografi 2045.
Sebagai sebuah lembaga pendidikan yang berbasis ilmu keagamaan yang sudah lama sejak dulu menjadi pilar dalam membentuk generasi muda yang berakhlakul karimah dan mandiri,pesantren harus bsa bertransformasi dan berinovasi untuk tetap menjaga kerelevansinya dengan kebutuhan global.
Jika pada saat ini dan sebulumnya pesantren lebih berfokus terhadap pendidikan agama yang masih tradisional, maka sudah saatnya pesantren mengembangkan strategi yang lebih kompersensif, dengan mengintegrasikan ilmu keagamaan dengan keterampilan modern yang sangat penting dan sangat dibutuhkan di era digital dan globalisasi.
Dari pernyataan ini agar pesantren dapat memanfaatkan bonus demografi 2045 dengan baik dibutuhkan inovasi dan perencanaan strategi yang matang.
Tantangan Pesantren dalam Bonus Demografi
Meskipun demikian, bonus demografi memberikan potensi besar, dan tantangan bagi institusi pesantren tidaklah kecil. Pertama, ada persoalan ketimpangan akses pendidikan antara santri yang tinggal di pesantren pedesaan dan perkotaan.
Kedua, masih banyak pesantren yang belum sepenuhnya mengadopsi teknologi digital dalam proses pembelajarannya, sehingga mempersempit akses santri terhadap informasi dan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri masa kini.
Ketiga, kurangnya keterampilan vokasional yang diajarkan di pesantren juga menjadi tantangan serius, mengingat dunia kerja yang semakin kompetitif dan dinamis.