Lihat ke Halaman Asli

Meningkatkan Minat Baca Pada Anak ADHD Menggunakan Multimedia Tutorial

Diperbarui: 14 Desember 2022   17:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

smkglobalmandiri.sch.id

Menurut Natasha, dkk (2016:hal 1) ADHD adalah perkembangan anak yang terganggu ditandai dengan kurangnya perhatian (inatensi) yang mengganggu, tidak terorganisasi atau hiperaktif/impulsive diatas normal. Inatensi merupakan ketidakmampuan seseorang untuk focus pada satu tugas, sedangkan hiperaktif/impulsivitas merupakan ketidakmampuan seseorang untuk duduk diam, mengganggu aktivitas orang disekitarnya dan ketidakmampuan sabar menunggu. Akibatnya anak-anak yang mengalami gangguan ini memiliki gangguan membaca sehingga memiliki minat baca yang kurang.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Amanda C, C Miller dkk (2014) menunjukkan bahwasanya anak dengan gangguan ADHD menunjukkan kesulitan dalam mengontrol ingatan ide-ide sentral. Penelitian ini adalah yang pertama untuk menemukan kesulitan membaca pemahaman ini di antara anak-anak dengan gangguan ADHD, meskipun pola yang sama telah dilaporkan pada anak-anak muda dengan ADHD ketika mereka mendengarkan cerita atau menonton kartun (Flake et al., 2007 ; Lorch et al., 1999 ; lorch et al., 2004). Karena mengingat informasi yang paling sentral dari suatu bagian adalah tujuan membaca, deficit sentralitas ini merupakan indicator penting bahwa keterampilan membaca pemahaman anak-anak dengan ADHD memerlukan perhatian.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Joni Holmes, dkk (2014) juga menunjukkan anak-anak yang memiliki working memory (WM) rendah yaitu anak-anak yang memiliki karakteristik dengan kesulitan belajar khusus dalam membaca, matematika dan bahasa (misalnya, Swanson dan Ashbaker, 2000; Archibald dan Gathercole, 2007; Szcus et al., 2013; Pimperton dan Nation, 2014) yaitu anak-anak dengan ADHD (mis., Martinussen et al., 2005).

Menurut Bihaqi dan Sugiarmin (2006;16) anak ADHD memiliki IQ rata-rata atau di atas rata-rata atau dapat dikatakan bahwasanya anak dengan penderita ADHD juga dapat berprestasi seperti anak normal lainnya karena sejatinya anak ADHD bukan tidak mampu belajar, melainkan mereka belum siap belajar karena inatensi dan hiperakitf/impulsivitas anak ADHD melebihi normal dari anak lain seusianya. Selain itu, metode pembelajaran masing-masing anak ADHD juga berbeda, tergantung dari karakteristiknya.

Salah satu metode yang bisa digunakan pada anak ADHD adalah dengan menggunakan metode ABA (Applied Behaviour Analysis) LOVAAS yang dipopulerkan oleh Prof. Dr. Ivar Lovaas dari University Of California, Los Angeles, Amerika Serikat yang terbukti efektif dalam menangani anak yang memiliki kelainan seperti ADHD dan ASpeger. Metode ini juga digunakan untuk menangani anak autism (Handojo, 2013;50).

Multimedia adalah salah satu media yang bisa dimanfaatkan untuk pembelajaran anak ADHD karena indera yang paling kuat menangkap sinyal eksternal dari anak adalah indera penglihatan, terapi multimedia dengan metode multimedia interaktif menggunakan Picture Exchange Communication System (PECS) atau Computer Pictograph For Communication (COMPIC) atau Communication Trough Picture (CTP) sebagai metode pembelajaran atau terapi yang bisa digunakan untuk anak dengan gangguan ADHD/Autism.

Penggunaan media Computer Pictograph for Communication (COMPIC) untuk anak yang memiliki kesulitan dalam memusatkan perhatian terbukti dapat meningkatkan aktivitas belajar anak autis hiperaktif sehingga membantu meningkatkan hasil belajar berdasarkan penelitian oleh Qomaroh & Ardianingsih (2016). Gambar-gambar tersebut yang sebelumnya disusun di papan komunikasi manual dengan teknologi multimedia dapat digunakan melalui komputer. Terapi multimedia dapat mengintegrasikan antara teks, gambar, audio, dan video/animasi sehingga dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi anak ADHD.

Program CBI (Computer Based Instruction) berbasis tutorial ini merupakan program pembelajaran yang memanfaatkan teknologi komputer yang berisi materi pelajaran. Salah satu modelnya adalah CAI (Computer Assisted Instruction), yang searah dengan pernyataan "Computer system can delivery instruction by allowing them to interact into the system; this is refered to C-AI" (Robert Heinich, Michael Molenda, James D. Russel. 1985:226) dalam Darmawan (2014:63-64). CAI untuk anak ADHD sudah diteliti sejak tahun 1980-an untuk melihat dampak CAI terhadap akademik anak ADHD (Botsas & Grouios, 2017). Dampak CAI terhadap akademik anak ADHD terutama pada kemampuan membaca dan menulis menjadi fokus berbagai studi karena mereka sering mengalami kesulitan. Kesulitan-kesulitan itu terus-menerus terkait dengan gejala ADHD juga kurangnya perhatian dan impulsif (DuPaul & Langberg, 2014) dalam (Botsas & Grouios, 2017).

Sebagai studi Ulasan yang disarankan, CAI memiliki dampak positif pada siswa dengan ADHD dalam beberapa disiplin akademik seperti membaca, menulis, matematika, dan sains. Lebih khusus pengaruhnya ditemukan signifikan untuk berbagai tingkat keterampilan dasar seperti membaca, misalnya dari dalam decoding (Regan, Berkeley, Hughes, & Kirby, 2014) dan kelancaran membaca oral (Walcott, Marett, & Hassel, 2014). Juga, ada yang signifikan efek dalam subskill matematika dari akuisisi kosakata matematika, numerik peningkatan, operasi matematika dan pemecahan masalah dalam (Botsas & Grouios, 2017).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline