Tidak ada sepak bola yang sebanding dengan nyawa. Tapi di Stadion Kanjuruhan Malang setidaknya 125 nyawa melayang! Bagaimana bisa tragedi kelam ini terjadi?
Pada awal bulan Oktober yakni Sabtu malam 01/Oktober/2022 telah terjadi sebuah tragedi mengenaskan yang meninggalkan luka mendalam bagi pecinta bola seluruh Indonesia bahkan manca Negara, pasalnya dalam tragedi ini menelan banyak korban jiwa dari berbagai usia. Tragedi sepak bola ini terjadi di stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur.
Dilansir dari sumber video Tiktok milik Kompas.com ia menerangkan mengenai awal mula tragedi ini bisa terjadi. Dalam video tersebut menjelaskan bahwa ketika pertandingan malam itu Arema kalah di kandangnya melawan Persebaya, pertandingan berakhir dengan skor 2-3. Hal ini menjadi momen pertamakalinya Persebaya Surabaya menang atas Arema setelah 23 tahun, tapi ternyata kemenangan ini malah menyulut amarah supporter Aremania hingga banyak pihak supporter Aremania yang turun ke lapangan untuk meluapkan kekecewaannya. Para oknum supporter ada yang melemparkan botol dan menimbulkan keributan di lapangan.
Sebenarnya aksi pitch invaders ini biasa terjadi hanya saja kali ini polisi menembakkan gas air mata bahkan kearah tribun hingga menyebabkan kericuhan karena banyak penonton yang mengalami sesak nafas dan banyak yang berusaha keluar dari stadion dengan panik hingga banyak penonton yang saling injak untuk keluar sampai akhirnya merenggut setidaknya 125 nyawa.
Siapa yang salah?
menurut beberapa sumber seperti dari video tiktok kompas.com yang menjelaskan kronologi kejadian dimana dalam video tersebut menjelaskan bahwa tragedi ini terjadi karena kombinasi dari ketidakpedulian semua pihak yang terlibat seperti :
- Panitia pelaksana
Sejak awal penjualan tiket sudah melanggar ketentuan dimana tiket dicetak sebanyak 45 ribu lembar padahal kapasitas stadion hanya cukup untuk 42 ribu orang saja. - Operator dan Broadcaster
PT LIB ngotot melaksanakan pertandingan di malam hari yang lebih rawan terjadi kerusuhan, dengan alasan komersial untuk kepentingan broadcast - Supporter Arema yang anarkis memicu kericuhan
menurut salah satu narasumber (Satria, 11/10/2022) yang ada pada kejadian menjelaskan bahwa ada supporter yang turun ke lapangan dengan niat memberikan semangat pada pemain Arema, namun karena hal tersebut melanggar peraturan dimana supporter dilarang untuk terjun ke lapangan pihak polisi berusaha untuk menertibkan para oknum dengan berbagai upaya salah satunya dengan menembakkan gas air mata, hal ini semakin memecahkan situasi menjadi lebih berbahaya untuk official dan penonton lainnya yang banyak diantaranya masih anak-anak. - Tindakan aparat yang menembakkan gas air mata yang menimbulkan kepanikan dan kemarahan supporter. Hal ini dikarenakan polisi menembakkan gas air mata hingga ke tribun penonton sehingga banyak supporter yang berhamburan mencoba menghindari gas air mata dan keluar dari stadion secara berdesakan sehingga beberapa diantaranya mengalami sesak nafas, pingsan, luka-luka karna terinjak-injak antar supporter yang mencoba keluar, hingga korban jiwa.
Kapolda Jawa Timur menuturkan bahwa penembakan gas air mata yang dilakukan oleh pihak kepolisian sudah sesuai dengan prosedur. Nah prosedur yang mana nih??
karena dalam FIFA Stadium Safety and Security Regulation disebut dalam pasal 19 senjata api dan gas untuk mengontrol kerumunan dilarang dibawa dan digunakan.
Berdasarkan informasi dari Dinas Kesehatan yang diterima Kompas.com pada Minggu (2/10/2022) sore WIB, jumlah korban meninggal dunia dalam tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan mencapai 131 orang. Hal itu diungkapkan oleh Wakil Gubernur Jatim Emil Dardak berdasarkan data dari Dinkes Kabupaten Malang dan Dinkes Kota Malang walau dirinya menekankan bahwa data juga fluktuatif.
Dalam psikologi perkembangan dikenal sebagai teori fungsionalistik. Teori fungsionalistik merupakan sebuah teori belajar yang menekankan pada stimulasi dan refleks. Dalam teori ini hasil dari belajar lebih ditekankan kepada perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Dimana biasanya tingkah laku manusia dipengaruhi oleh hal-hal yang biasa dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi pola kebiasaan dan terbawa terus terhadap perilakunya di dalam kehidupan sehari-hari.
Jika dipandang dalam teori fungsionalistik tragedi ini bisa terjadi karena adanya stimulus dari supporter yang merasa tidak terima akan kekalahan Arema dengan Persebaya Surabaya setelah 23 tahun lamanya Arema selalu menang disetiap pertandingan melawan Persebaya, hal ini menimbulkan respon berupa tindakan oknum supporter turun ke lapangan dengan niat untuk memberikan semangat pada pemain Arema, namun karena hal itu melanggar peraturan dimana supporter dilarang untuk turun ke lapangan saat pertandingan berlangsung maka pihak polisi berupaya untuk menertibkan supporter namun cara yang dilakukan tidak efektif sehingga menimbulkan kericuhan hingga memakan banyak korban jiwa. Sebenarnya aksi pitch invaders ini biasa terjadi pada pertandingan sepak bola, naas pada saat kericuhan yang terjadi penanganan yang dilakukan oleh pihak polisi tidak efektif dan menyalahi aturan dimana tidak seharusnya pihak polisi menembakkan gas air mata pada supporter.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H