Lihat ke Halaman Asli

Vaya Luthfi Salsabila

medical student

Perempuan dan Pendidikan

Diperbarui: 24 Oktober 2021   18:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Foto: VLS

Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekumpulan manusia yang diwariskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya melalui pengajaran, pelatihan, dan penelitian. Secara etimologis, pendidikan adalah proses mengembangkan kemampuan diri sendiri dan kekuatan individu. Tepat pada tanggal 2 Mei diperingati Hari Pendidikan Nasional. Alasan dibalik penetapan hari bersejarah tersebut tak lepas dari jasa-jasa seorang Bapak Pendidikan. Tanggal 2 Mei 1889 adalah hari kelahiran Ki Hajar Dewantara. Penetapan Hardiknas ini dituangkan dalam Keppres No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959. 

Perempuan dengan tabiat utamanya adalah menjadi pendidik pertama bagi anak-anak bangsa ini. Tidak sesempit stereotipe yang menjamur dikalangan masyarakat yang konon katanya perempuan hanya di dapur saja. Tidak ada masalah dengan hal ini, sebab setiap kepala punya pola pikir masing-masing. Satu yang menjadi kendala, jika semua harus berpijak pada statement yang sama, dengan kondisi dan kebutuhan yang berbeda-beda. 

Bukankah perempuan dilahirkan untuk melahirkan peradaban? Mari bernostalgia dengan sosok-sosok pendobrak kejayaan Islam di masa lalu. Peradaban yang maju dikala itu, dinamika peradaban Islam yang disebut "islamic golden age"  di bawah pemerintahan Harun Al-Rasyid dan Al Ma'mun. Periode dengan  rentang sekitar abad 8 Masehi hingga 13 Masehi yang sukses melahirkan Bayt al Hikmah (750-1258). Sebagai pusat studi, perpustakan, sekaligus Universitas terkemuka di dunia pada kalanya. Pada kenyataannya, sumbangsih kaum Muslimah juga tampak bahkan tidak hanya pada bidang tertentu,  kontribusi di berbagai bidang jelas adanya. Adalah Zubaida istri Khalifah Harun Al-Rasyid pada masa puncak kejayaan Abbasiyah. Meski hidup sebagai pendamping yang bergelimang harta, raganya tidak hanya diam di rumah, pikirannya terbang ke penjuru masyarakat guna membangun infrastruktur untuk kemashlahatan rakyatnya. Sebut saja Sutaita, yang hidup di paruh kedua abad ke-10 dengan kemahirannya sebagai ahli aritmatika. 

Oleh karena sejumlah tulisan berbicara bahwa kecerdasan diwariskan dari ibu, maka seorang perempuan juga berhak cerdas. Berhak cerdas dengan segala minat dan bakatnya. Memberi peluang bagi setiap muslimah untuk menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri.  Akan tetapi tidak terlepas dari sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa sallam tentang "Fitnah wanita", maka seyogyanya muslimah dengan segala kreatifitasnya tetap dalam koridor Islam. Tidak meninggalkan hal-hal yang menjadi tanggung-jawabnya terhadap keluarga. Muslimah, jangan takut untuk berpendidikan, karena dirimulah madrasah pertama bagi anakmu kelak.


  




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline