Lihat ke Halaman Asli

Salsabila Safri

(road to be) Journalist

War | Problem or Solving?

Diperbarui: 2 November 2019   06:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kiblat.net

Sejarah Dunia dipenuhi masa kelam. Perang dunia, perang antar blok, perang etnis, sengketa dan berbagai konflik pernah mengguncangkan hampir di setiap belahan bumi. Perang yang melibatkan negara-negara di dunia tersebut tak hanya menelan banyak kerusakan dan koorban jiwa, namun juga menuai kebencian dan dendam yang mungkin saja masih tersisa sampai saat ini. Sejak saat itu manusia merindukan kehidupan yang damai. Segala cara ditempuh untuk menciptakan dunia yang lebih baik. Hingga Teori Realisme muncul, lahir dari kegagalan Liga Bangsa-Bangsa dalam menciptakan perdamaian dunia.

Orang-orang barat penganut paham Teori Realis berpendapat perang adalah cara untuk mencapai perdamaian. Perang berarti meluncurkan serangan (offense), tanpa melihat musuh dalam kondisi siap atau lengah. Dengan memenangkan perang, mereka dapat melakukan ekspansi wilayah. Bahkan melakukan kolonialisasi di wilayah-wilayah yang memiliki sumber penghasilan agar dimanfaatkan untuk keuntungan mereka. Tak jarang warga negara di wilayah yang kalah dipekerjakan secara paksa dan biadab. Sungguh mengerikan dan kejam.

Soal perang, Islam memiliki perspektif sendiri. Dalam Islam perang adalah cara terakhir dalam berdakwah. Muhammad sebagai Rosulullah menjalankan perintah Allah untuk berdakwah menyebarkan ajaran Islam. Sepanjang 14 tahun jejak dakwahnya, Allah tidak pernah sekalipun berfirman untuk mengizinkan peperangan dalam berdakwah. Hingga masuk tahun ke-15 dakwah Rosulullah, Allah mengizinkan muslim untuk berperang melawan musuh. Namun perang hanya strategi terakhir yang boleh digunakan dalam keadaan yang sangat terpaksa dan mendesak.

Islam memperbolehkan perang dalam empat hal. Pertama apabila umat muslim diserang terlebih dahulu oleh musuh atau kaum yang membenci Islam. Maka perang diperbolehkan dalam hal ini untuk melindungi umat muslim. Kedua untuk menghindari fitnah yang besar, karena dalam Islam fitnah lebih kejam daripada pembunuhan, melawannya dengan berperang diperbolehkan. Ketiga, perang menjadi mubah (boleh) dengan niat untuk melindungi muslim yang sedang diserang, karena sesama muslim adalah saudara yang harus dibela. Terakhir yaitu apabila musuh melanggar perjanjian. Poin terakhir ini pernah terjadi beberapa kali pada masa Rosulullah, salah satunya ketika kaum Quraisy melanggar perjanjian Hudaibiyyah.

Islam turun sebagai rahmat bagi alam semesta, bukan hanya bagi umat muslim saja. Maka perang menurut Islam adalah hal yang sangat dihindari, karena pertumpahan darah dapat memicu tumbuhnya kebencian dan dendam. Tidak ada ajaran kekerasan dan paksaan dalam Islam. Perang semata-mata hanya bentuk pertahanan (defense) muslim dari bahaya dan ancaman yang terlebih dahulu disulut oleh musuh. Huwallahu a'lam bisawab




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline