Lihat ke Halaman Asli

Filosofi Kebebasan dalam Serial Attack on Titan, Free Will vs Determinisme

Diperbarui: 25 Agustus 2023   16:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Attack On Titan merupakan sebuah karya dari Hajime Isayama yang menceritakan kehidupan manusia yang dikelilingi oleh dinding untuk melindunginya dari serangan titan. Eren Yeager, sang tokoh utama memiliki ambisi untuk memusnahkan titan agar dapat merasakan kebebasan di luar dinding sekaligus membalaskan dendamnya atas kematian sang ibu yang dimakan oleh titan.

Kehidupan yang dikelilingi dinding, titan yang dapat menyerang kapan saja, legitimasi pemerintah yang lemah, membuat Eren merasa terkekang. Rasa haus akan kebebasan itu semakin menjadi ketika Armin menunjukkan sebuah buku yang menggambarkan dunia luar dinding. Lautan yang luas, hamparan pasir, daratan salju yang dingin, orang-orang yang dapat menikmati itu merupakan orang yang paling bebas. Setidaknya itulah makna kebebasan bagi Eren sebelum ia mengetahui lebih jauh.

Setelah mengetahui fakta kelam bahwa bangsanya ingin dimusnahkan, pandangan Eren mengenai dunia luar berubah. Eren yang tadinya ingin menyelamatkan umat manusia dari serangan titan kini ingin memusnahkan umat manusia demi kebebasan bangsanya. Dapat kita lihat bahwa arti kebebasan bagi Eren adalah ketika tidak ada lagi musuh yang mengancam keselamatan bangsanya. Hal ini tidak terlepas dari konsep free will atau kehendak bebas. Namun, apakah manusia benar-benar memiliki free will?

Free will diartikan sebagai suatu kemampuan manusia dalam bertindak sesuai kemauan dan rencananya tanpa adanya paksaan. Free will berhubungan erat dengan konsep moral, apabila manusia memiliki kehendak sebebas-bebasnya maka yang terjadi adalah kekacauan dan peperangan. Hal ini seperti yang dikemukakan Thomas Hobbes dalam teori kontrak sosial, bahwa kebebasan dapat membuat manusia menjadi serigala bagi manusia lain.

Free will seringkali dilawankan dengan determinisme. Determinisme merujuk pada hubungan kausalitas, dimana suatu peristiwa terjadi karena sebab-sebab tertentu. Konsep ini juga memandang bahwa tidak ada kebebasan di dunia ini karena setiap peristiwa yang terjadi telah ditetapkan oleh hukum alam.

Jika kita lihat melalui sudut pandang determinisme, keputusan Eren Yeager melakukan rumbling bukan semata-mata karena Eren memiliki kehendak bebas, tetapi karena sebab tertentu yang berhubungan dengan sejarah Eldia dan Marley. Singkatnya, dendam akibat sejarah dari kedua bangsa tersebut membuat Eren mengambil keputusan memusnahkan dunia.

Dendam Marley karena dahulu diinjak oleh Eldia membuat mereka mengirimkan titan ke Pulau Paradis yang membuat Ibu Eren terbunuh. Marley juga memutarbalikkan fakta sejarah yang menyebabkan Paradis dipandang sebagai Pulau Iblis dan ingin dihancurkan oleh aliansi global. 

Oleh sebab itulah Eren juga ingin membalaskan dendamnya atas kematian Sang Ibu serta perlakuan dunia terhadap bangsanya dengan melakukan rumbling yang akan memusnahkan seluruh umat manusia dan hanya menyisakan Pulau Paradis saja.

 Dengan demikian, tidak ada kebebasan sejati di dunia ini. Manusia tidak benar-benar memiliki free will. Setiap tindakan manusia didasarkan oleh sebab-sebab tertentu. Seperti yang dikatakan oleh Kenny Ackermann, “Setiap manusia merupakan budak dari sesuatu”.  Ymir Fritz dan Mikasa yang diperbudak oleh cinta, Levi dan Kenny yang diperbudak oleh insting Ackermannya, Marley yang diperbudak oleh dendam, begitupun Eren yang diperbudak oleh kebebasan itu sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline