Sebelum membahas lebih jauh mengenai strategi yang dikemukakan oleh Sun Tzu, mengenalinya tidak hanya sebatas nama sangat perlu dilakukan. Sun Tzu berasal dari Tiongkok dan sangat dihormati sebagai filsuf militer, namanya melegenda dan ia berjasa mengabadikan pemikiran-pemikirannya dalam bukunya yang berjudul "The Art of War".
Meski latar waktunya sudah sangat kuno, akan tetapi buku tersebut masih menjadi bacaan luar biasa hingga hari ini. Pemikirannya yang tertuang dalam tulisan tersebut penting untuk dibaca oleh para komandan militer, pemimpin-pemimpin besar, hingga mahasiswa Hubungan Internasional seperti saya. Sun Tzu dengan strateginya yang bijaksana akan tetapi telah berusia begitu tua masihkah relevan dimanfaatkan sebagai strategi di abad ke-21 ini?
Untuk menilai relevansi Sun Tzu yang lahir di zaman kuno untuk diterapkan di zaman modern ini maka perlu untuk meninjau persamaan antara Hubungan Internasional di kedua era tersebut, di mana Hubungan Internasional pada dasarnya berfokus pada interaksi antara negara-negara pelakunya yang masing-masing menerapkan konsep yang berbeda terkait kekuasaan dan kedaulatan. Semakin berkembangnya zaman, semakin kompleks pula permasalahan berkembang di dunia global yang sifatnya dinamis ini. (Wardhana, 2015)
Dalam tulisan ini akan dijabarkan aspek dalam karya Sun Tzu yang masih relevan untuk diefektifkan pemanfaatannya di masa modern ini. Apabila membicarakan pemikiran yang didasarkan pada realitas, maka menurut saya prinsip dasar dari strategi-strategi tersebut sesungguhnya selalu bisa didaur ulang mengikuti zaman karena bentuk-bentuk konflik apalagi di dalam Hubungan Internasional kerap kali bentuknya repetitif.
Meski hubungan persaingan yang terjadi antara negara-negara bukanlah perang dalam artian harfiah, akan tetapi kegiatan militer masih terjadi dan tetap terdapat banyak persamaan di dalam pelaksanaannya. Dunia sendiri adalah arena kompetitif di mana setiap negara yang merupakan aktor nasional mengutamakan kepentingan nasional mereka masing-masing dan sebisa mungkin menjadi unggul, serta berusaha memaksimalkan peluang dalam membuat keputusan. Kemenangan sangatlah spesifik untuk setiap negara, perlu banyak sumber daya untuk mewujudkannya baik itu ruang, waktu, kesempatan, dan sumber daya lainnya yang sangat terbatas jumlahnya. (Belbin, 2021)
Pemikiran Sun Tzu tidak mutlak harus diterapkan secara total, seorang pemimpin bisa saja mengombinasikan pemikiran-pemikiran yang ada demi mencapai tujuannya. Strategi dan pemikiran adalah tool ini a tool box. Kita bebas memilih mana yang mau kita gunakan dalam situasi tertentu. Mengutip Sun Tzu dimana kebanyakan pertempuran seringkali dimenangkan sebelum mereka diperjuangkan, katanya, yang berarti bahwa kemampuan individu dan tim adalah penentu krusial serta itu seharusnya diperjuangkan bahkan sebelum pertempurannya dtemukan.
Sun Tzu sudah mempraktikkan sendiri dan membuktikan bahwa teorinya bukan sekedar kalimat-kalimat cantik namun juga practical dan sudah menang, maka ia berbicara dari pengalaman dan analisis ketika ia menyatakan bahwa keunggulan mengeksekusi merupakan salah satu pencegah kekalahan ketika pertempuran akhirnya harus dihadapi. Pada dasarnya, Sun Tzu membagikan strateginya dalam 5 faktor sederhana yang menjadi fokusnya dimana apabila 5 faktor yang ia sebutkan tersebut telah dikuasai maka kemungkinan untuk menang lebih besar, dan semakin baik penguasaan akan 5 faktor tersebut maka semakin besar juga peluang untuk menang.
Faktor pertama yang harus dikuasai menurut Sun Tzu adalah Hukum Moral yakni dalam membangun hubungan tim lantaran pada masa tersebut Sun Tzu berusaha mewujudkan pasukan, pendukung, dan sekutu sebagai tim yang memiliki kekompakan agar tercipta kondusivitas di dalamnya. Di antara orang-orang ini tercipta harmoni dan persatuan sehingga lebih mudah untuk saling mengerti dan memahami secara menyeluruh kelemahan dan kekuatan yang dimiliki masing-masing dan bagaimana hasilnya ketika mereka bersama-sama secara kolektif sehingga di masa depan konflik yang tidak perlu bisa dihindari ketika stressor di depan mata.
Seorang pemimpin, sebagaimana dijelaskan Sun Tzu, berperan memberi instruksi agar tim yang ada memiliki kehormatan, keterampilan, dan integritas sehingga budaya yang kuat dalam kerjasama dan pemahaman mengenai cara-cara bekerjasama merupakan faktor yang sangat penting. Saya mengartikannya secara sederhana seperti ini: untuk bisa melawan yang di luar, maka yang di dalam harus selesai terlebih dahulu. Tidak mungkin berhasil mengalahkan lawan ketika kita sendiri hancur atau pecah di dalam.
Faktor kedua yang disebutkan oleh Sun Tzu adalah Surga yakni berarti elemen yang memengaruhi kita secara tidak terduga dan bisajadi merupakan di luar pengendalian kita. Di masa modern dimana terjadi perubahan yang sangat cepat dalam segala aspek kehidupan, maka konflik yang terjadi juga akan lebih cepat dan mungkin besar lantaran banyak hal terjadi secara bersamaan. Untuk menghadapi krisis tersbeut dibutuhkan fleksibilitas yang besar dan skill yang dikembangkan mengikuti cepatnya zaman karena kita takkan pernah tahu kapan krisis tak terduga akan datang dan apakah kita cukup kuat untuk berhadapan dengannya?
Misalnya saja, COVID-19 yang tiba-tiba saja menyerang dunia. Negara-negara yang tidak cukup baik mempersiapkan dirinya mungkin kewalahan menghadapi pandemi ini, akan tetapi bagi negara-negara yang suah mempersiapkan finansial, keamanan, dan kekuatan-kekuatan lainnya, kerugian yang harus mereka tanggung mungkn tidak akan sebesar negara lain. Maka memikirkan rencana, dan selalu mempersiapkan diri untuk krisis tidak terduga juga merupakan bagian dari strategi ini.