Lihat ke Halaman Asli

Jangan Biarkan Kampus Jadi Sarang Radikalisasi! Moderasi Beragama adalah Kuncinya

Diperbarui: 26 November 2024   07:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Radikalisme semakin menjadi ancaman nyata, termasuk di lingkungan kampus. Universitas, yang seharusnya menjadi tempat belajar dan berkembangnya generasi muda, malah sering menjadi sasaran penyebaran ideologi ekstrem. 

Hal ini karena mahasiswa, dengan rasa ingin tahu yang besar dan semangat mencari jati diri, sering kali mudah dipengaruhi oleh narasi yang terdengar "revolusioner" atau seolah-olah menawarkan solusi atas berbagai masalah. Apalagi, kalau mereka kesulitan membedakan mana opini dan mana fakta, narasi radikal jadi terlihat masuk akal dan menarik.

Kampus memiliki tanggung jawab besar untuk melindungi mahasiswa dari pengaruh radikalisme. Namun, ini tidak bisa hanya dilakukan dengan pengawasan ketat. Langkah yang lebih penting adalah membekali mahasiswa dengan pendidikan yang mengajarkan cara berpikir kritis.

Mereka perlu diajarkan untuk menganalisis informasi, mempertanyakan sesuatu secara logis, dan memahami berbagai sudut pandang tanpa mudah terprovokasi. Tapi, pendidikan berpikir kritis saja belum cukup. Harus ada penguatan moderasi beragama.

Moderasi beragama itu penting karena mengajarkan kita untuk hidup seimbang, menghormati perbedaan, dan bersikap toleran. Di kampus, moderasi ini bisa diterapkan lewat kegiatan seperti diskusi lintas agama, seminar tentang toleransi, atau program keagamaan yang inklusif. Dengan pendekatan ini, mahasiswa tidak hanya lebih paham agamanya sendiri, tetapi juga belajar untuk menghargai keyakinan orang lain.

Selain pendidikan, perhatian terhadap kesehatan mental mahasiswa juga sangat penting. Banyak mahasiswa yang merasa kesepian atau bingung mencari tujuan hidup, sehingga mereka mudah terpengaruh oleh ajakan kelompok tertentu yang kelihatannya menawarkan "jawaban" atas semua masalah. 

Jika kampus bisa menyediakan program bimbingan, kegiatan positif, atau bahkan sekadar ruang aman untuk berbicara, mahasiswa akan merasa lebih didukung dan tidak perlu mencari "pemenuhan" di tempat yang salah.

Ancaman radikalisme di kampus ini bukan cuma cerita. Kasus mahasiswa Universitas Brawijaya yang diduga jadi simpatisan ISIS adalah bukti nyata bahwa ideologi ekstrem bisa menyusup ke lingkungan akademik. Ini menunjukkan bahwa kampus harus aktif melindungi mahasiswanya. 

Kolaborasi antara kampus, keluarga, masyarakat, dan pemerintah juga sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang aman sekaligus mendukung perkembangan mahasiswa secara positif.

Langkah seperti meningkatkan pengawasan dan mengadakan program-program yang membantu mahasiswa mengembangkan diri, seperti kewirausahaan, bisa jadi solusi. Dengan begitu, mahasiswa punya fokus yang jelas dan kegiatan yang positif, sehingga tidak mudah terpengaruh ideologi radikal.

Pada akhirnya, semua upaya ini bertujuan untuk menciptakan generasi muda yang bisa membedakan mana yang benar dan salah tanpa rasa takut. Generasi yang berpikir kritis, toleran, dan menghargai perbedaan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline