Keterkaitan antara segala bentuk kegiatan dalam hidup ini selalu berhubungan dengan otak, dimana sangat sering sekali disebut dalam tulisan-tulisan sebelumnya bahwa otak sebagai pengendali semua jenis aktivitas organ tubuh yang lain. Kemampuan seorang manusia dalam kehidupannya tidak hanya di lihat dari berbagai proses pertumbuhan dan perkembangannya saja, bukan hanya memiliki kemampuan berproses yang panjang dan memiliki kecerdasan untuk berfikir. Tetapi ada satu hal yang sering kali kita acuhkan dan dianggap sebelah mata padahal kemampuan ini sangat berpengaruh dan sangat berhubungan dengan segala kegiatan yang kita lakukan. Kemampuan apa itu?
Kemampuan bahwa manusia memiliki emosi dan menyesuaikan diri. Kita sebagai manusia pasti memiliki emosi bukan? Namun, emosi dalam pembahasan ini bukan hanya berkaitan dengan amarah, rasa kesal atau sebagainya. Sedikit dari kita mengartikan bahwa kata emosi selalu berkaitan dengan kemarahan padahal sebetulnya emosi yang dimiliki oleh manusia merupakan dasar dari setiap perasaan yaitu bahagia, sedih, marah, kejutan, jijik,dan ketakutan. Segala sesuatu yang kita rasakan dan kita lakukan di pengaruhi oleh cara kerja otak yang sulit untuk di jabarkan tetapi memang terjadi pada kenyataannya. Kalimat yang sangat sering saya tulis dalam setiap tulisan adalah mengenai pengertian otak dimana otak merupakan organ penting yang kompleks dalam tubuh kita yang menjadi pemegang kendali besar atas segala sesuatu yang kita lakukan dan menjadi pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya.
Sebagian besar orang atau bahkan semua orang pasti sudah mengetahui bahwa otak selalu berhubungan dengan pemikiran, kecerdasan, proses belajar dan pengendali semua organ dalam tubuh. Namun, kali ini muncul pertanyaan baru mengenai emosi, apakah otak juga memiliki keterkaitan dengan kemampuan emosional seseorang? Jadi, untuk menemukan jawabannya mari kita pelajari bersama.
Di dalam struktur otak terdapat bagian yang terhubung langsung dengan emosi yang disebut dengan amygdala. Amygdala merupakan bagian yang berhubungan dengan proses emosi, perilaku, dan memori. Setiap orang pasti pernah merasakan takut bukan?
Contohnya ketika menonton film horor, hantu yang kita lihat di dalam film tersebut sebenarnya bukan hantu yang sebenarnya dan tidak mungkin tiba-tiba akan berada disebelah kita. Namun, sinyal yang diberikan oleh amygdala memberikan respon kepada otak yang memerintahkan bagian tubuh lainnya untuk bersiap-siap apabila terjadi sesuatu yang sangat menakutkan, seperti adegan jump scare yang pastinya akan membuat kita kaget sehingga respon yang keluar atas dasar perintah otak melalui sinyal amygdala adalah dengan berteriak atau spontan menutup mata atau bahkan berlari meninggal tempat kita menonton film tersebut. Hal ini merupakan salah satu emosi yang terbentuk karena perasaan takut.
Amygdala yang memiliki hubungan dengan otak bukan hanya berfungsi untuk memberikan sinyal ketika merasa takut atau lainnya tetapi juga membuat sebuah ingatan dan memori yang telah direkam oleh otak menjadi lebih mudah untuk diingat, konsepnya seperti semakin besar emosional yang terdapat pada kejadian itu maka semakin besar pula kemungkinan kalau kejadian tersebut akan diingat kembali. Contohnya ketika seorang ibu melahirkan, pada saat itu banyak perasaan yang menyelimutinya ya perasaan takut, bahagia, panik, sakit yang bercampur aduk menjadi satu jelas sekali terlihat bahwa emosional yang terdapat pada kejadiaan itu sangat besar sehingga peluang untuk mengingatnya juga sangat jelas ditambah lagi objek yang seorang ibu perjuangkan dalam kejadiaan itu hidup bersama dalam satu atap sehingga akan selalu di terlihat dan setiap kali melihatnya pasti seorang ibu akan terbawa pada saat ia melahirkan. Sungguh perjuangan yang luar biasa sekali.
Masih dalam pembahasan emosi yang berkaitan dengan otak yang digunakan untuk berfikir, membuat saya bertanya-tanya kembali apabila seseorang sedang marah maka apa yang pertama kali muncul apakah emosi terlebih dahulu atau pikiran yang lebih dahulu? Pertanyaan ini sebenarnya bisa terjawab dengan logika karena penulis sangat yakin bahwa kita semua pasti sudah pernah marah untuk meluapkan rasa kesal terhadap sesuatu. Ketika kita marah pastinya kondisi kita tidak terkendali sehingga banyak kejadian di luar batas yang akan terjadi itu artinya dalam kondisi yang seperti itu otak kita akan mendahulukan kita mengeluarkan emosi terlebih dahulu lalu berfikir sehingga antara emosi dan berfikir yang muncul pertama kali adalah emosi.
Tetapi meski demikian hal ini terjadi secara tidak sengaja dan tanpa sadar atau terjadi spontan karena kemarahan yang telah menyelimuti diri kita sehingga menjadi tidak terkendali. Setelah emosi mereda barulah otak menjadi jernih untuk berfikir mengenai amarah yang telah kita keluarkan. Ketika kita sudah bisa berfikir dengan jernih dan tenang kembali kita bisa mencari kegiatan yang positif yang dapat menciptakan perasaan senang dan menghilangkan tingkat kemarahan yang sebelumnya menyelimuti diri kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H