Manajemen Sumber daya Manusia (MSDM) memainkan peran penting dalam memaksimalkan potensi setiap pekerja, meskipun keragaman gender juga memengaruhi kinerja dan dinamika di tempat kerja. Namun, keselarasan ini biasanya dapat terusik oleh alunan pandangan gender yang berbeda-beda.
Perbedaan stereotip, tanggung jawab, ekspetasi dan gaya komunikasi antar gender dapat memengaruhi kinerja dan dinamika di tempat kerja seperti halnya dapat memicu miskomunikasi bahkan diskriminasi. Hal ini dapat menyebabkan moral, motivasi, dan kinerja karyawan menurun, sehingga menghambat kemajuan organisasi.
Oleh karena itu, Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) diharapkan agar bisa menjadi konduktor yang handal agar mampu merajut keharmonisan antar karyawannya sehingga bisa menciptakan lingkungan kerja yang produktif dan inklusif. Artikel ini akan memuat bagaimana perbedaan gender berdampak pada lingkungan kerja dan bagaimana strategi sumber daya manusia (SDM) dapat menangani masalah ini hingga menciptakan lingkungan kerja yang produktif dan inklusif.
Pemilik dan manajer bisnis atau suatu perusahaan menggunakan istilah Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) untuk menggambarkan strategi, taktik, dan tujuan yang digunakan untuk mengelola kebijakan yang berkaitan dengan karyawan. Kesetaraan dan inklusi adalah pilar penting dalam Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM), yang berfokus pada menciptakan lingkungan kerja yang adil dan terbuka bagi semua karyawan tanpa diskriminasi berdasarkan ras, agama, gender, atau faktor lainnya. Hal ini dapat memengaruhi perilaku dan tindakan karyawan baik secara positif maupun negatif. Dengan memahami dasar-dasar risiko, pemilik usaha kecil dapat meningkatkan produktivitas dan kreativitas sambil mengurangi tingkat pergantian karyawan (Chen et al., 2022). Keberhasilan Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) ini dilihat pada keharmonisan yang terjadi di lingkungan kerja tanpa menyinggung ataupun merendahkan perbedaan yang ada seperti gender atau jenis kelamin, ras, agama dan sebagainya.
Bagaimana perbedaan gender itu sendiri dapat mengganggu keharmonisan lingkungan kerja? Lalu, Bagaimana strategi Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) untuk mengatasinya?
Perbedaan gender mengacu pada perbedaan biologis, sosial, dan budaya yang ada antara pria dan wanita, yang dapat berdampak pada berbagai aspek kehidupan professional di lingkungan kerja. Berikut beberapa stereotip gender yang sudah tidak asing di Masyarakat:
- Perbedaan gender dapat mempengaruhi peran dan tanggung jawab yang dijalankan oleh karyawan. Stereotip gender sering mengarahkan pria untuk melakukan peran yang lebih kuat, seperti pengambilan keputusan, dan kepemimpinan, sedangkan wanita lebih suka melakukan tugas administratif atau pendukung.
- Perbedaan gender dapat memengaruhi budaya suatu organisasi. Organisasi yang dikuasai oleh laki-laki mungkin memiliki budaya yang lebih dominan, kompetitif dan agresif, sementara organisasi yang dikuasai oleh perempuan mungkin lebih memiliki budaya kolaborasi dan empatik.
- Pandangan terhadap wanita yang dirasa lemah karena sering kali mengalami pelecehan seksual, pelecehan verbal, dan diskriminasi di lingkungan kerja. Wanita yang memiliki tanggung jawab pengasuhan anak yang tidak proporsional mungkin dianggap mengalami kesulitan untuk menjaga keseimbangan antara kehidupan profesional dan pribadi mereka.
- Perbedaan gender dapat berdampak pada komunikasi organisasi. Untuk menyampaikan pesan, perempuan mungkin lebih cenderung menggunakan komunikasi nonverbal, seperti gerakan tubuh dan ekspresi wajah, sementara laki-laki mungkin lebih cenderung menggunakan komunikasi verbal.
Tentunya dibutuhkan Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) sebagai konduktor untuk menghilangkan stereotip yang ada dan mengubahnya menjadi suatu kesetaraan yang menimbulkan dampak positif bagi pekerja laki-laki dan perempuan. Contoh nyata penerapan kesetaraan gender yang menimbulkan kinerja yang positif dan inklusif di suatu perusahaan adalah kebijakan dan prosedur Unilever memprioritaskan memerangi kekerasan berbasis gender, terutama dengan memerangi kebiasaan sistemik dan stereotip. Unilever dapat mencapai dan mempertahankan keseimbangan gender di tingkat manajemen antara tahun 2019 dan 2021 sebagai hasil dari berbagai program perusahaan yang paling lama berfokus pada keseimbangan gender dan kepemimpinan. Hal ini ditunjukkan dengan 55% anggota staf manajemen Unilever pada tahun 2023 adalah perempuan. Unilever menggunakan Rasio Pengangkatan Gender (GAR) sebagai metrik untuk menunjukkan bagaimana para pemimpin senior yang telah menjabat selama lima tahun meningkatkan kesadaran mereka dan mendukung proses pengambilan keputusan mereka yang tidak menimbulkan bias. Pada tahun 2023, 15% karyawan Unilever Leadership Executive (ULE) adalah perempuan, dan 36% dari manajemen senior adalah perempuan. Dengan demikian, 37% dari 128.000 karyawan Unilever adalah perempuan.
Memastikan bahwa setiap pekerja merasa dihargai dan diwakili secara adil adalah tantangan terbesar bagi manajemen sumber daya manusia saat menghadapi perbedaan gender. Solusi yang dapat digunakan meliputi:
- Membangun budaya organisasi yang lebih kooperatif dan inklusif.
- Mengubah stereotip dan norma gender yang ada.
- Mengadakan kebijakan yang mendukung diversitas dan inklusi akan meningkatkan inklusi di lingkungan kerja.
- Menghormati hak dan memberdayakan sumber daya yang ada.
- Membangun komunikasi yang efektif antar karyawan.
Menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan kesetaraan gender di lingkungan pekerjaan adalah upaya yang berkelanjutan yang membutuhkan semua pihak untuk berkomitmen dan konsistensi dengan satu dan lainnya. Hal ini memerlukan kolaborasi aktif dari berbagai pihak, dengan peran dan tanggung jawab yang terbagi:
- Manajemen atau pemimpin organisasi harus menunjukkan komitmen yang kuat terhadap kesetaraan dan inklusi dengan memasukkan nilai-nilai atau norma ke dalam strategi dan kebijakan perusahaan.
- Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) berperan sebagai arsitek yang merancang dan membangun program serta memantau dan mengevaluasi efektivitas program, memastikan bahwa program tersebut mencapai kesetaraan dan inklusivitas.
- Semua karyawan didorong untuk memahami dan menghargai keragaman yang ada sehingga akan menjadi dasar untuk menciptakan lingkungan kerja yang produktif dan inklusif.
Perbedaan gender dapat berdampak pada lingkungan kerja. Untuk mengatasi masalah ini, Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) harus memahaminya dan mengambil tindakan yang tepat sehingga dapat mengubah tantangan ini menjadi peluang untuk meningkatkan kinerja dan kesuksesan organisasi. . Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) memiliki kemampuan untuk meningkatkan lingkungan kerja yang lebih inklusif dan produktif bagi setiap karyawan dengan meningkatkan budaya organisasi, peran dan tanggung jawab, diversitas, dan komunikasi. Tentunya, tanggung jawab ini akan memberikan dampak positif bagi organisasi secara keseluruhan.
Sumber: