Silogisme adalah metode penting dalam logika yang membantu kita menarik kesimpulan dari premis yang ada, pertama kali diperkenalkan oleh Aristoteles. Namun, dalam kehidupan sehari-hari, informasi sering kali membingungkan, sehingga kita butuh pendekatan yang lebih fleksibel. Selain itu, logisme mencakup berbagai cara berpikir, seperti induksi dan deduksi, untuk memahami argumen dengan lebih baik. Sementara itu, falasi menunjukkan kesalahan berpikir yang dapat membuat argumen yang salah tampak benar. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi silogisme, logisme, dan falasi, serta bagaimana ketiganya memengaruhi cara kita berpikir setiap hari.
Silogisme adalah cara berpikir yang digunakan dalam logika dan filsafat untuk mencapai kesimpulan yang benar dari premis yang diberikan. Konsep ini diperkenalkan oleh Aristoteles dan menjelaskan bagaimana kategori-kategori dalam premis saling berhubungan untuk menghasilkan kesimpulan logis. Namun, dalam kehidupan nyata, seringkali informasi yang kita hadapi tidak jelas dan membingungkan, sehingga kita perlu pendekatan yang lebih fleksibel dan bisa menyesuaikan diri (Asmorajati dkk, 2024).
Sebuah silogisme terdiri dari dua premis yang diikuti oleh kesimpulan. Kita bisa memahaminya dengan konsep P->Q, dan Q->R maka P=R. Contohnya:
Premis 1= Jika tidak membawa payung, maka kehujanan.
P Q
Premis 2= Jika kehujanan, maka akan sakit.
Q R
Kesimpulan: Jika tidak membawa payung maka akan sakit.
P=R
Maka dari contoh diatas bisa disimpulkan bahwa silogisme terdapat tiga pernyataan, pernyataan satu dan dua disebut premis dan yang ketiga adalah kesimpulan yang disebut konklusi.
Logisme, di sisi lain, mencakup pemikiran yang lebih luas tentang logika dan sistem penalaran. Ini mencakup prinsip-prinsip yang mengatur bagaimana kita berpikir secara logis dan konsisten. Logisme berfokus pada validitas argumen dan kekuatan penalaran. Dalam konteks ini, logisme tidak hanya melibatkan silogisme, tetapi juga berbagai bentuk penalaran lainnya, seperti induksi dan deduksi. Induksi, misalnya, adalah proses menarik kesimpulan umum dari pengamatan khusus. Contohnya, jika kita melihat beberapa burung yang terbang dan semua burung itu dapat terbang, kita mungkin menyimpulkan bahwa semua burung dapat terbang. Namun, induksi tidak selalu menjamin kebenaran, karena ada pengecualian.