Setiap 5 tahun sekali rakyat Indonesia selalu antusias dalam hiruk pikuk pemilihan Capres dan Cawapres. Rakyat selalu antusias mengikuti debat Capres dan Cawapres untuk mengetahui visi dan misi mereka. Terlebih di zaman serba digital ini rakyat sangat dengan mudah mencari tambahan informasi tentang latar belakang, prestasi, track record juga keseharian yang telah dilakukan Capres dan Cawapres. Sehingga media sosial sekarang digunakan sebagai salah satu alat kampanye Capres dan Cawapres untuk menggaet suara rakyat.
Para tim sukses Capres dan Cawapres berlomba-lomba membuat konten yang bisa menarik perhatian rakyat. Mulai dari kegiatan-kegiatan kampanye seperti tanya jawab di forum, mengunjungi pelosok-pelosok terpencil sampai dengan kegiatan pribadi sehari-hari Capres dan Cawapres. Terlihat media sosial memberikan dampak positif untuk kegiatan kampanye pemilu ini.
Ada beberapa dampak positif media sosial sebagai sarana kampanye Capres dan Cawapres. Pertama, adanya media sosial memudahkan rakyat mengakses berbagai informasi tentang Capres dan Cawapres yang ingin diketahui rakyat atau pemilih. Kedua, dapat mengikuti dan menyimak kegiatan yang sedang dilakukan oleh salah satu Capres atau Cawapres tanpa harus langsung mendatangi ke tempat acara. Ketiga, aksesnya yang mudah bisa dijangkau oleh semua kalangan sehingga semua memiliki hak berinteraksi dengan salah satu Capres atau Cawapres lewat akun pribadi mereka. Tetapi dibalik dampak positif tersebut adakah dampak negatifnya? Ya tentu saja ada. Seperti seringkali kita menemukan komentar-komentar negatif atau tidak pantas dalam salah satu konten akun Capres atau Cawapres. Bukan hanya di akun asli Capres dan Cawapres tetapi juga di akun pendukung yang membuat konten tentang salah satu Capres atau Cawapres.
Beberapa dampak negatif media sosial sebagai sarana kampanye Capres dan Cawapres. Pertama, akun media sosial malah dijadikan sebagai alat penyerang untuk menjatuhkan salah satu Calon Presiden dan Wakil Presiden. Kedua, beredarnya potongan-potongan video salah satu Calon Presiden atau Wakil Presiden yang menimbulkan banyak asumsi dari masyarakat sehingga masyarakat menjadi tidak menyukai atau bahkan membenci. Ketiga, saling menjelekkan antar pendukung salah satu Capres dan Cawapres dengan pendukung lain sehingga terjadi perpecahan dan permusuhan.
Kampanye pemilu Capres dan Cawapres sejatinya memberikan gambaran kepada masyarakat tentang karakter Calon Presiden dan Wakil Presiden. Bagaimana mereka berinteraksi kepada masyarakat, bagaimana mereka menjawab dan memecahkan keluhan-keluhan masyarakat yang biasa disampaikan dalam acara forum tanya jawab, apa visi misi yang mereka unggulkan dan gambaran bagaimana mereka mewujudkannya.
Pak Tom Lembong pernah menyampaikan di dalam podcast kumparan, beliau berkata "Proses kampanye dan penyelidikan itu semacam ujian, ujian bagi para calon, seperti dalam pepatah di antara penggemar golf yang mengatakan di dalam permainan golf itu karakter orang yang sebenernya keluar semua, jadi kalau orangnya punya karakter curang kelihatan dia akan curang, kalau pemarah akan keluar marah-marahnya, kalau dia sabar akan kelihatan kesabarannya, kalau dia strategis akan kelihatan strategisnya, proses kampanye dan pemilu ini memang didesain untuk mengeluarkan karakter orang yang sebenarnya atau aslinya". Dari apa yang Pak Tom bilang tentang kampanye, sebenarnya tanpa ada unsur tambahan yang menjelekkan salah satu Calon Presiden dan Wakil Presiden kejelakan itu akan kelihatan dengan sendirinya. Tetapi para pendukung Capres dan Cawapres yang memperkeruh keadaan.
Media sosial dijadikan wadah untuk saling menjelekkan dan menjatuhkan para Capres dan Cawapres juga pendukung-pendukungnya. Banyak kata-kata yang tidak pantas juga fitnah kepada Capres dan Cawapres yang belum tentu benar adanya. Bahkan ada yang saling renggang hubungan juga pertemanan hanya karena beda pilihan. Padahal setiap orang mempunyai hak untuk memilih siapa yang ingin dia pilih dan tidak boleh ada paksaan. Sebagai insan yang berpendidikan, haruslah kita bijak menggunakan media sosial. Amati dan pahami informasi apa yang kita terima dan jangan telan mentah-mentah semua informasi tersebut. Jika tidak bisa berkata baik lebih baik diam. Mari kita nikmati pesta demokrasi ini dengan damai, dan gunakan hak suara kita dengan sebaik-baiknya dihari pemilihan Capres dan Cawapres nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H