Berdasarkan definisi moralitas oleh beberapa ahli, etika pada usia prasekolah adalah pengertian bahwa anak harus berperilaku sesuai dengan aturan masyarakat. Perkembangan moral ditandai dengan pemahaman dan kesadaran individu untuk bertindak sesuai aturan.
Tahapan perkembangan moral anak menurut para ahli. Pengertian etika adalah sesuatu yang menyangkut penerapan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat, dalam tindakan yang akan dilakukan dalam interaksi sosial.
Menurut para ahli perkembangan anak berikut ini, terdapat kesamaan dalam perkembangan moral anak. Berikut perbedaan dan persamaan teori perkembangan moral anak.
Tahapan perkembangan moral anak menurut para ahli
A. Tahapan Perkembangan Moral Anak Menurut Piaget
Menurut Piaget, ketika mengamati dan mewawancarai anak-anak berusia 12 tahun, mereka menyimpulkan bahwa anak-anak melalui dua tahap yang berbeda dalam cara berpikir mereka tentang moralitas, yaitu:
1. Tahap heterogenitas moral
Anak berusia 7 tahun ini menunjukkan moralitas yang heterogen, yang merupakan tahap pertama perkembangan moral. Anak-anak berpikir bahwa keadilan dan hukum adalah milik dunia yang tidak dapat diubah dan dikendalikan oleh manusia. Anak-anak berpikir bahwa aturan dibuat oleh orang dewasa dan ada batasan perilaku.
Pada titik ini, anak-anak menilai kebenaran atau kebaikan suatu perilaku berdasarkan konsekuensinya, bukan pada niat orang yang melakukan perilaku tersebut. Anak-anak juga percaya bahwa aturan tidak dapat diubah atau diturunkan oleh tubuh yang kuat.
Anak-anak berpikir mereka tidak berhak membuat aturan sendiri, tetapi orang dewasa membuat aturan. Orang dewasa hendaknya memberikan kesempatan kepada anak untuk membuat aturan, sehingga anak menyadari bahwa aturan berakar pada kesepakatan dan dapat diubah.
2. Tahap pengendalian diri moral
Dari usia 7-10 tahun, anak-anak berada dalam masa transisi dan menunjukkan beberapa ciri tahap pertama perkembangan moral dan beberapa ciri tahap kedua. -kontrol.
Anak-anak mulai menyadari bahwa aturan dan peraturan adalah buatan manusia, dan bahwa ketika menilai suatu tindakan, anak-anak mempertimbangkan niat dan konsekuensinya. Moralitas muncul dengan adanya hubungan kooperatif atau timbal balik antara anak dengan lingkungan di mana anak itu berada.
Anak-anak saat ini percaya bahwa ketika mereka melakukan kejahatan, mereka secara otomatis dihukum. Hal ini sering membuat anak gugup dan takut melakukan kesalahan.
Namun, ketika anak-anak mulai berpikir secara berbeda, mereka mulai menyadari bahwa hukuman datang ketika ada bukti pelanggaran.