Lihat ke Halaman Asli

Peran Lingkungan dan Budaya dalam Perkembangan Sosial Emosional

Diperbarui: 21 Januari 2025   22:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Credit by Canva 

Peran Lingkungan dan Budaya dalam Sosial Emosional Anak

Lingkungan dan budaya menjadi dasar dari tumbuhan kembang anak, tidak terkecuali juga pada perkembangan sosial emosionalnya. Dengan adanya lingkungan dan budaya yang baik dan mendukung tumbuh kembang anak, maka akan menciptakan kondisi perkembangan emosi yang sehat pada anak. Sebaliknya jika lingkungan dan budaya di sekitar anak buruk dan tidak mendukung, maka emosional anak akan terganggu dan akan menghambat anak dalam mengelola perasaan mereka. Oleh sebab itu, diperlukan pemahaman yang lebih baik tentang  bagian menciptakan lingkungan dan budaya yang terbaik bagi anak. Berikut adalah penjelasan tentang bagaimana peran dari lingkungan dan budaya dalam perkembangan sosial emosional anak.

Peran Lingkungan dalam Perkembangan Sosial Emosional
1. Lingkungan Keluarga
Tempat pertama bagi anak dalam membangun hubungan emosionalnya adalah keluarga. Keluarga adalah tempat dimana anak cenderung merasa aman, anak-anak yang merasa aman dan dicintai di dalam keluarganya akan mampu mengembangkan kemampuan empati, kontrol diri, dan pengelolaan emosi yang baik.
2. Lingkungan Sekolah
Dalam lingkungan sekolah anak-anak pasti akan menjalin interaksi dengan teman sebayanya. Dalam hal ini, sekolah berperan memberikan suatu pemahaman dan pembelajaran sosial kepada anak tentang bagaimana cara berinteraksi dengan teman sebayanya. Pembelajaran yang dilakukan bisa berupa, bagaimana cara bekerja sama dengan teman sebaya, ataupun bagiamana cara menyelesaikan suatu permasalahan bersama-sama. Dengan melakukan pembelajaran seperti ini, anak-anak akan mampu untuk membangun kecerdasan pada sosial emosionalnya.
Selain teman sebaya guru dan kurikulum juga menjadi salah satu peran yang memengaruhi bagaimana cara anak dalam mengelola emosi, mengembangkan empati, dan memahami sudut pandang seseorang.
3. Lingkungan Masyarakat
Komunitas masyarakat yang baik akan memberikan kontribusi pada kesehatan perkembangan emosional anak. Anak-anak yang aktif di dalam masyarakat akan sering menunjukkan kecerdasan dan depresi yang lebih rendah. Sebaliknya, jika lingkungan masyarakat di sekitar anak buruk dengan adanya diskriminasi atau ketidaksetaraan di dalam masyarakat, maka akan mempengaruhi kesehatan emosional anak, seperti merasa rendah diri, terasingkan, atau terpinggirkan.

Peran Budaya dalam Perkembangan Sosial Emosional
1. Penentu Nilai dan Norma Sosial
Peran budaya salah satunya adalah penentu nilai dan norma sosial, yang di mana dapat mendorong kebebasan berekpresi dan prestasi pada anak. Di dalam budaya rasa empati terhadap keluarga dan masyarakat juga diutamakan, yang di mana anak-anak cenderung diarahkan kepada pengakuan hak dan kebebasannya.
2. Pengelolaan Emosi
Budaya dapat memengaruhi sejauh mana anak dapat mengendalikan emosinya karena
sangatlah penting bagi anak untuk dapat menyelesaikan emosinya dengan situasi yang ada di lingkungan masyarakat.
3. Pembentukan Indentitas Sosial
Budaya kolektivistik membentuk dapat membentuk identitas anak berdasarkan akan hubungannya dengan masyarakat ataupun keluarga. Sedangkan budaya individualistik menekankan pembentukan identitas berdasarkan minat, ambisi, dan kebebasan anak. Peran tradisi dan ritual juga dapat membentuk identitas anak. Contohnya, seperti upacara pernikahan, kelahiran, perayaan keagamaan atau pemakaman dapat membantu anak mengelola emosinya secara kompleks dan juga mengajarkan anak akan hubungan kebersamaan.
4. Penyelesaian Konflik
Di negara kita terdapat berbagai macam perbedaan, sehingga sering memunculkan konflik. Jadi peran budaya adalah untuk memberikan pengaruh kepada anak, agar dapat mencari cara dalam menyelesaikan konflik tersebut.
5. Pembentukan Empati
Budaya juga dapat membentuk empati pada anak. Seperti hal nya masyarakat di pedesaan yang menjunjung tinggi gotong royong, sehingga mengajarkan anak tentang pentingnya hubungan saling mendukung antar masyarakat.

Dalam Budaya ternyata ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi sosial emosional, seperti gender dan media sosial. Berikut adalah penjelasannya:
1. Gender
Budaya sering kali mengartikan tentang bagaimana cara pria dan wanita dalam mengekpresikan emosinya. Dalam budaya patriarkal, pria sering kali didorong untuk menahan kesedihan ataupun kelemahannya, sementara wanita didorong agar menunjukkan sikap empati dan perhatian. Sedangkan untuk budaya egaliter, kaum pria dan wanita diberikan kebebasan yang sama untuk mengekpresikan emosinya.
2. Media Sosial
Di tengah era digital ini, budaya mulai berbaur, generasi muda mulai terpapar akan budaya lokal yang berbeda, sehingga memengaruhi mereka dalam memahami emosi. Akan tetapi, tren-tren tentang gaya hidup barat yang muncul di media sosial juga berdampak buruk bagi emosional anak, hal ini dapat memberikan perubahan pada anak tentang bagaimana cara memandang dan mengekspresikan emosi. Di sinilah diperlukannya peran keluarga dan guru dalam mengontrol penggunaan sosial media pada anak

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline