LEWOTOBI LAKI-LAKI MENGAMUK: LETUSAN DI TENGAH MALAM YANG MENGGUNCANG DAN MERENGGUT WARGA DI SAAT TERLELAP
* Salmun Ndun,S.Pd., Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain, Kab. Rote Ndao
Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), meletus pada Senin 4 November 2024 dini hari. Terjadi letusan besar, lalu hujan pasir, hingga batu-batu berapi turun begitu banyak. Sedikitnya 10 orang tewas, puluhan lainnya luka-luka, serta sejumlah bangunan terbakar akibat hujan material dari letusan.
Gunung Lewotobi, salah satu gunung berapi aktif, kembali menunjukkan kekuatannya melalui letusan dahsyat yang terjadi di tengah malam. Tanpa peringatan, gunung yang selama ini menjadi latar kehidupan masyarakat sekitar melepaskan muntahan material vulkanik yang mengguncang wilayah sekitarnya. Letusan ini bukan hanya menyebabkan getaran dan suara gemuruh yang membangunkan warga dari tidur mereka, tetapi juga memicu kepanikan di tengah suasana gelap.
Peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba ini merenggut beberapa warga yang tidak sempat menyelamatkan diri, meninggalkan duka mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan dan masyarakat yang masih terpukul oleh kejadian tersebut. Fenomena letusan mendadak ini menyoroti risiko yang selalu mengintai dari gunung-gunung berapi aktif, serta pentingnya kesiapsiagaan masyarakat yang tinggal di lereng-lerengnya.
Kronologi Letusan
Letusan Gunung Lewotobi terjadi secara tiba-tiba pada dini hari, saat sebagian besar warga masih terlelap dalam tidur mereka. Terdengar suara gemuruh keras dari arah gunung, diikuti getaran kuat yang membuat rumah-rumah berguncang. Dalam hitungan menit, letusan mulai memuntahkan material vulkanik berupa abu, pasir, dan bebatuan api yang terlempar hingga radius beberapa kilometer dari puncak. Warga yang tinggal di kawasan lereng terbangun dalam kepanikan, menyaksikan langit malam yang gelap mendadak diterangi kilatan api dan cahaya merah menyala dari kawah Gunung Lewotobi. Bau belerang mulai tercium tajam, menambah kecemasan warga yang segera berupaya menyelamatkan diri ke tempat yang lebih aman.
Kepanikan melanda terutama di desa-desa yang berada di radius bahaya, seperti Desa Tobo dan Desa Lewo, yang langsung terkena dampak semburan abu dan batu pijar. Letusan terjadi secara bertahap, dengan beberapa letupan susulan yang terus-menerus memuntahkan material dari kawah, membuat akses keluar-masuk desa menjadi sulit karena jalanan tertutup abu tebal. Pihak berwenang yang menerima laporan letusan segera mengerahkan tim evakuasi dan bantuan darurat ke lokasi, namun akses yang terbatas serta kondisi malam yang gelap menyulitkan proses penyelamatan. Beberapa warga yang terlambat menyadari bahaya dan mencoba mengungsi tidak sempat menyelamatkan diri, terperangkap oleh aliran lahar panas dan bebatuan yang meluncur deras dari puncak gunung.
Beberapa saksi mata mengungkapkan bahwa tidak ada tanda-tanda aktivitas vulkanik signifikan sebelumnya yang dapat memberikan peringatan dini. Dalam beberapa hari terakhir, aktivitas Gunung Lewotobi memang menunjukkan peningkatan kecil, namun tidak cukup mencolok untuk menyebabkan evakuasi massal. Akibatnya, letusan ini benar-benar datang tanpa peringatan yang jelas, mempertegas risiko yang selalu mengintai dari gunung-gunung berapi aktif.
Setelah letusan mereda menjelang fajar, langit di sekitar gunung tampak tertutup abu yang pekat, menyisakan puing-puing dan kerusakan yang sangat dirasakan warga. Fenomena alam ini tidak hanya meninggalkan kerusakan fisik di wilayah sekitar, tetapi juga menimbulkan trauma mendalam bagi para warga yang menyaksikan kedahsyatan Gunung Lewotobi di tengah malam yang kelam.
Dampak Bencana dan Respons Darurat Penyelamatan