Lihat ke Halaman Asli

Salmun Ndun

Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain

Dari Pelukan Batin hingga Simbol Rindu yang Mendalam pada Setiap Rajutan Tas Noken

Diperbarui: 9 Juli 2024   03:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

DARI PELUKAN BATIN HINGGA SIMBOL RINDU YANG MENDALAM PADA SETIAP RAJUTAN TAS NOKEN

*Salmun Ndun,S.Pd., Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain, Kab. Rote Ndao

Indonesia punya begitu banyak ragam tas, dari yang tradisional hingga yang modern. Dari yang berbahan tanaman hingga kulit hewan. Dari yang fungsinya untuk kebutuhan sehari-hari hingga untuk kebutuhan ritual.  Tas noken dari Papua. 

Pada 4 Desember 2012 lalu, noken resmi ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda (intangible cultural heritage) oleh UNESCO. Ia digolongkan dalam kategori "in Need of Urgent Safeguarding" atau warisan budaya yang membutuhkan perlindungan mendesak. Noken masuk dalam ranah tradisi dan ekspresi lisan, pengetahuan dan kebiasaan perilaku mengenai alam dan semseta, dan kemahiran kerajinan tradisional.

Relevansi Tas Noken dalam Kehidupan Masyarakat Papua

Tas Noken merupakan salah satu warisan budaya yang sangat berharga dari Papua. Tas anyaman tradisional ini tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk membawa barang, tetapi juga menyimpan makna filosofis yang mendalam bagi masyarakat Papua. Tas Noken melambangkan kearifan lokal dan keterikatan yang kuat antara manusia dan alam. Tas Noken menjadi simbol identitas, kebersamaan, dan ikatan emosional yang erat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Papua. Tradisi penggunaan Tas Noken mencerminkan nilai-nilai sosial dan spiritual yang mengakar kuat, menjadikannya sebagai simbol pengikat batin dan pelepas rindu di antara sesama, terutama dalam menjaga hubungan dan solidaritas komunitas.

Tas Noken memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Papua, baik sebagai alat fungsional maupun simbol budaya. Digunakan oleh perempuan, laki-laki, dan anak-anak, Tas Noken berfungsi sebagai wadah serbaguna untuk membawa hasil bumi, barang dagangan, hingga perlengkapan pribadi. Tas Noken telah menjadi sarana ekspresi identitas budaya dan kebanggaan etnis.

Dalam konteks sosial, Tas Noken mencerminkan nilai-nilai kebersamaan dan gotong-royong yang kuat, di mana proses pembuatannya melibatkan kerja sama dan keterlibatan komunitas. Selain itu, Tas Noken juga seringkali digunakan dalam upacara adat dan ritual keagamaan, menunjukkan peranannya yang vital dalam mempertahankan dan merayakan tradisi serta kepercayaan lokal. Dengan segala fungsinya, Tas Noken bukan hanya sekadar benda sehari-hari, tetapi juga jantung kehidupan sosial dan budaya masyarakat Papua.

Sejarah dan Asal-Usul Tas Noken

Sejarah Tas Noken bermula dari tradisi kuno masyarakat Papua yang telah berlangsung selama berabad-abad. Dipercaya berasal dari kebudayaan asli suku-suku di wilayah pegunungan Papua, Tas Noken awalnya dibuat oleh para perempuan dari serat kulit kayu atau tanaman lokal yang diolah secara tradisional. Proses pembuatannya melibatkan keterampilan anyaman yang rumit dan teknik khusus yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Tas Noken tidak hanya berfungsi sebagai alat bawa, tetapi juga sebagai simbol status sosial dan identitas budaya. Pada masa lalu, Tas Noken digunakan dalam berbagai kegiatan sehari-hari, mulai dari mengumpulkan hasil hutan, membawa bayi, hingga sebagai bagian dari mahar dalam pernikahan. Selain itu, setiap suku memiliki desain dan pola khas yang mencerminkan keunikan dan kekayaan budaya mereka. Seiring waktu, Tas Noken tetap mempertahankan esensi tradisionalnya meskipun kini mulai mendapatkan pengakuan lebih luas sebagai warisan budaya tak benda yang penting, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline