Lihat ke Halaman Asli

Salmun Ndun

Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain

Menemukan Makna dalam Kelembutan dan Kesunyian (Refleksi Pemahaman terhadap Ritual Perayaan Nyepi)

Diperbarui: 11 Maret 2024   13:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (KOMPAS.com)

Menemukan Makna dalam Kelembutan dan Kesunyian (Refleksi Pemahaman terhadap Ritual Perayaan Nyepi)
*Salmun Ndun, S.Pd., Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain, Kab. Rote Ndao

Selamat datang lagi Hari Raya Nyepi (HRN) yang tahun ini jatuh pada tanggal 11 Maret 2024. HRN merupakan hari raya besar dalam agama Hindu yang dirayakan oleh masyarakat Bali dan umat Hindu di Indonesia. 

Tanggal perayaan Nyepi berdasarkan pada penanggalan Saka, kalender Hindu. Biasanya, HRN jatuh pada bulan Maret atau April setiap tahunnya, namun tanggal pastinya berubah-ubah setiap tahunnya karena penanggalan Saka berdasarkan gerak bulan dan matahari. 

Sebuah perjalanan makna yang mendalam penuh kebijaksanaan dan kedamaian menyelimuti Bali setiap perayaan HRN. Hari yang penuh makna ini menjadi momen sakral bagi masyarakat Bali untuk merenung dan mengintrospeksi diri dalam rangka menyambut tahun baru Saka.

Mari kita memahami lebih dalam tentang makna filosofis di balik perayaan Nyepi, bagaimana masyarakat Bali mempersiapkannya, dan bagaimana kehadiran ketenangan pada hari sakral tersebut dapat memberikan inspirasi bagi kita semua untuk merenung, belajar berdamai dengan diri sendiri, dan menyambut awal yang baru dengan hati yang tenang.

Memahami Filosofi Nyepi

Nyepi, atau juga dikenal sebagai Hari Raya Caka, bukan sekadar perayaan tradisional saja, ini adalah suatu waktu di mana seluruh pulau terhanyut dalam hening dan kesunyian yang mendalam. 

Keunikannya, Nyepi tidak hanya melibatkan ritual keagamaan, tetapi juga mencerminkan harmoni antara manusia, alam semesta, dan Tuhan. Manusia dan alam menyatu dalam ketenangan dan kesunyian untuk menghadirkan kedamaian.

Perayaan HRN diwarnai dengan nuansa spiritual yang mendalam. Bukanlah sekadar perayaan biasa, tetapi merupakan momen di mana umat Hindu di Indonesia dan seluruh dunia memasuki periode kesunyian untuk merenung dan mengintrospeksi diri. 

Ada beberapa hal yang dilakukan. Pertama, melakukan amati geni (tidak menyalakan api). Kedua, melakukan amati karya (tidak melakukan pekerjaan). Ketiga, melakukan amati lelungan (tidak bepergian). Keempat, melakukan amati lelanguan (tidak melakukan hiburan).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline