Lihat ke Halaman Asli

Salma

Airlangga University

Penderita PCOS Rentan Terkena Risiko Diabetes Melitus

Diperbarui: 25 Februari 2023   14:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo by Nataliya Vaitkevich: www.pexels.com

Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit tidak menular yang diakibatkan kegagalan organ pankreas dalam menghasilkan hormon insulin yang menyebabkan kadar gula darah mengalami lonjakan. Penyakit diabetes melitus dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pola makan yang tidak sehat. Kesesuaian asupan gizi sehari-hari dengan kebutuhan gizi dapat diukur dengan parameter status gizi. Penilaian status gizi menjadi salah satu cara untuk mendeteksi adanya gangguan keseimbangan antara zat gizi dengan kebutuhan sehari-hari yang dapat memicu terjadinya permasalahan kesehatan yaitu diabetes melitus.

Diabetes melitus merupakan penyakit dengan klasifikasi faktor risiko yang dapat dimodifikasi maupun yang tidak dapat dimodifikasi. Salah satu faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah jenis kelamin. Menurut penelitian yang telah dilakukan, ditemukan hubungan antara status gizi dengan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus tipe II. Dalam penelitiannya disebutkan bahwa jenis kelamin responden yang paling banyak dengan diabetes melitus adalah wanita. Beberapa penelitian lain juga menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan diabetes melitus tipe II.

Sindrom polikistik ovarium yang biasanya terjadi pada wanita menjadi salah satu kelompok risiko tinggi untuk menderita diabetes melitus. Sindrom Polikistik Ovarium (PCOS) merupakan penyakit pada wanita dimana ovum atau sel telur tidak dapat berkembang secara normal akibat ketidakseimbangan hormon. Salah satu penyebab PCOS adalah produksi hormon androgen yang berlebihan. Namun, wanita dengan PCOS juga mempunyai hubungan yasng erat dengan terjadinya resistensi insulin, dimana tubuh mencoba memproduksi lebih banyak insulin. Kadar insulin yang tinggi tersebut menyebabkan ovarium memproduksi lebih banyak testosteron yang mengganggu proses ovulasi.

Resistensi insulin merupakan kondisi yang terjadi pada gangguan pengaturan kadar gula darah akibat pertambahan berat tubuh. Sedangkan hiperinsulin akan mengalami peningkatan pada keadaan pengurangan  berat tubuh. Resistensi insulin memiliki kaitan erat dengan akumulasi lemak di daerah perut dibandingkan lokasi lainnya. Lemak perut lebih mudah diuraikan menjadi energi sehingga kadar lemak bebas dalam darah meningkat. Peningkatan tersebut memicu insulin untuk meningkatkan proses glikogenolisis pada hati dan otot.  

PCOS juga dapat disebabkan akibat konsumsi makanan dengan kadar indeks glikemik dan natrium yang tinggi, serta rendahnya konsumsi sayuran yang menyebabkan terjadinya obesitas dan memicu penyakit diabetes melitus. Perubahan gaya hidup disertai pola makan sehat menjadi upaya untuk mengurangi faktor risiko terjadinya diabetes melitus, khususnya pada Wanita Usia Subur (WUS)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline